Bahkan pria ini harus menaikkan sedikit gasnya lantaran melewati jalan yang menanjak. Di tengah perjalanan itu pun ia sempat mengalami kesuitan menyusuri tanjakan.
Sesampainya di lokasi, Ia melewati perjalanan yang sudah ada sedikit permukiman rumah warga.
Lebih jauh, terlihat bangunan yang sudah tak utuh dipenuhi semak belukar. Tak ada satupun orang yang tersisa di daerah tersebut.
Setelah berhenti dari perjalanan jauh, Pria ini memperlihatkan sebuah bekas rumah yang sudah dipenuhi semak belukar.
Terdapat sisa bekas lantai yang sudah pecah-pecah sudah rata.
Menurut kesaksian Sultoni, dari inisal nama dan lokasi, desa yang disambanginya di tengah hutan ini sangat mirip dengan KKN di Desa Penari yang sempat viral di media sosial.
Dilansir dari TribunJatim, video yang diunggah di kanal youtube Sultoni Irsyah ini telah lebih dari 74.618 x ditonton dan mendapat like sebanyak 1,1ribu.
Tak sedikit warganet yang meyakini bahwa lokasi tersebut sangat mirip dengan yang diceritakan di media sosial.
"Kalo melihat ciri2 dn lokasi yg dilewati, 60 % mendekati kemripan dg KkN desa penari,terus diexplore Maszeeh,ditunggu video selanjutnya," tulis Ra-jadoel.
"Benar ini desa penari yg pernah disiarkan di tran7...penayangan dilokasi kurang lama, itu klu keatas dikit jalan setapak ada makam yg dikeramatkan w warga. Seru tuh...." ujar Maman Pinus.
"Di menit ke 4.48-50 seperti masuk ke dalam Kerajaan Ghaib," ujar 99 Channel Paradise Canary.
Namun, tak diketahui pasti dimana keberadaan desa terpencil itu.
Bahkan sebagian orang banyak yang rela mencari-cari titik asli lokasi KKN di Desa Penari yang berada tepat di sekitar wilayah Rowo Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Di sana terdapat sebuah lokasi yang disebut kampung 'hilang'.
Hingga saat ini, pemilik asli cerita KKN di Desa Penari yakni akun populer SimpleMan, masih menjadi perbincangan hangat.
Hal ini dikarenakan pemilik cerita tidak bisa menjelaskan dengan detail dimana sebenarnya lokasi aktivitas gaib tersebut terjadi sesungguhnya.
(*)
Source | : | TribunJatim,TribunSumsel |
Penulis | : | Septia Gendis |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar