Selain itu, viralnya rekaman Space Twitter Safa tersebut juga membuat banyak orang geleng-geleng kepala, khususnya soal ancaman yang disampaikan.
Sampai-sampai, sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono, merespons ucapan akun @Berlflowerrr yang membawa-bawa Partai Golkar dan kapolda.
Saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/5/2022), ia mengatakan, kejadian itu merupakan gambaran ketimpangan besar dalam masyarakat.
“Dalam artian tidak sekadar ketimpangan ekonomi tapi juga ketimpangan kuasa,” ujar Drajat.
Drajat mengibaratkan ucapan yang menyeret pihak besar dan punya pengaruh untuk “mengintimidasi” itu layaknya hubungan patron-klien ketika zaman feodal.
Hubungan itu merupakan relasi antara kelompok yang memiliki kuasa (patron) dan kelompok yang menjadi bawahan atau pesuruh (klien).
“Sehingga untuk memengaruhi orang-orang yang tidak berkuasa, itu akan digunakan namanya, terutama nama patron atau nama orang tuanya,” jelas Drajat.
“Nama-nama itu dipakai untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk menunjukkan bahwa saya adalah bagian dari kelompok, penguasa, dan rezim ini.”
“Ini memang relasi kultur masyarakat yang punya ketimpangan dalam kuasa dan kehormatan pada sekelompok orang tertentu.”
“Dan dimanfaatkan dalam relasi-relasi patron-klien itu untuk mengatur yang lain,” sambungnya.
Seharusnya tidak terjadi di zaman modern