GridHot.ID -Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) masih menebar aksi terornya di Papua.
Tak hanya kepada aparat TNI-Polri, KKB Papua juga menebar teror kepada warga sipil.
Dilansir dari laman kemhan.go.id, Menteri Pertahanan RI di Kabinet Kerja saat itu Ryamizard Ryacudu pernah mengungkap tujuan KKB Papua.
Menurutnya, KKB merupakan kelompok yang ingin Papua melepaskan diri dari NKRI.
Oleh karena itu, menurutnya, kelompok tersebut sudah bisa disebut sebagai gerakan separatis.
"KKB sudah menjadi kelompok separatis yang mengancam keutuhan negara," kata dia usai menghadiri ceramah bela negara di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (15/03/2019)
Untuk mewujudkan keinginannya, KKB tentu membutuhkan pasokan logistik.
Dilansir dari Pos Kupang, KKB tak segan-segan menyerang warga sipil demi mendapatkan pasokan logistik.
Sebagaimana halnya dalam sebuah video yang viral di media sosial saat ini.
Dalam video tersebut terungkap bahwa demi memenuhi kebutuhan hidup di tengah hutan, KKB nekat masuk kampung.
Tapi untuk mengelabui warga, anggota KKB tersebut terlebih dahulu meninggalkan atribut perangnya di dalam hutan.
Awalnya anggota KKB itu berpura-pura meminta minum kepada warga.
Ia tak menyadari kalau yang didatanginya adalah rumah kepala kampung.
Setelah melepas lelah, oknum KKB itu lantas meminta bantuan berupa uang dan bahan makanan kepada kepala kampung.
Bantuan itu, katanya, untuk teman-temannya yang saat ini sedang berjuang di dalam hutan.
Mendengar permintaan tersebut, tuan rumah pun meresponnya.
Namun bukan dengan memberikan bantuan seperti yang diharapkan. Sebab saat itu tuan rumah pun sedang dalam kesulitan.
Mendengar jawaban itu, utusan KKB tersebut langsung pamit.
Ia tak meninggalkan satu pesan pun kepada kepala kampung tersebut.
Namun tak lama berselang, dua orang pemuda datang lagi dengan maksud yang sama.
Kali ini nadanya tak lagi bersahabat. Berbekal senjata di tangan, mereka mulai melakukan tindakan yang tidak pada tempatnya.
Tanpa banyak bicara, mereka langsung melakukan penganiayaan. Kepala kampung itu dihajar babak belur gara-gara tak bisa memenuhi permintaan KKB.
Ironisnya, usai melancarkan tindakan kejam tersebut, KKB meninggalkan kepala kampung dengan sederet pesan penting.
Pesan itu, adalah mereka akan datang lagi untuk mengambil bahan bantuan sebagaimana yang sudah diminta.
Tak hanya itu. KKB pun memberikan tenggat waktu paling lama dua minggu untuk bantuan berupa uang dan bahan makanan tersebut.
Lantaran berada di bawah tekanan, kepala kampung itu pun tak banyak bicara. Ia hanya mengangguk lesu sembari berharap agar KKB segera meninggalkan honai yang ditempatinya.
Selang beberapa jam kemudian, kepala kampung itu menyuruh anak-anaknya agar mendatangi Pos Keamanan dan menemui personel TNI-Polri.
Kiat itu dilakukannya dengan hati-hati, sehingga tak menimbulkan kecurigaan di kalangan KKB.
Bak gayung bersambut, tak lama berselang, aparat TNI-Polri pun bertandang ke rumah kepala kampung.
Akan tetapi, kedatangan tamu kali tanpa seragam militer sebagaimana biasanya.
Kepada aparat keamanan itulah kepala kampung mengungkapkan unek-uneknya tentang perlakuan KKB terhadap dirinya.
Bahkan ia juga menuturkan tentang kehadiran anggota KKB muka baru, yang tak dikenalnya sama sekali.
Mendengar kisah tersebut, TNI-Polri pun mengambil alih siasat untuk memenuhi permintaan anggota KKB tersebut.
Singkat cerita, sehari sebelum tiba waktunya KKB mengambil bantuan yang diminta, sejumlah karung dan dus-dus mie instan telah ditumpuk di depan rumah kepala kampung.
Sementara kepala kampung bersama keluarga dan warga lain terpaksa diungsikan ke tempat yang aman.
Hal itu untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontak tembak antara TNI-Polri dan para predator lainnya kebanggaan KKB.
Sementara pada rumah warga yang kosong, akan ditempati para prajurit TNI-Polri.
Hal tersebut untuk menghindari kemungkinan KKB melampiaskan emosinya dengan mencari sang kepala kampung ke rumah-rumah warga.
Benar saja. Ketika hari yang dinantikan itu tiba, dari kejauhan terlihat beberapa pemuda melangkah tergesa-gesa menuju rumah kepala kampung.
Jelas terlihat bahwa para pemuda itu datang untuk mengambil bantuan yang telah diminta beberapa pekan sebelumnya.
Apalagi terlihat dari jauh ada tumpukan beberapa karung dan dos-dos mie instan di depan rumah tersebut.
Padahal, karung dan dus-dus mie instan yang diletakkan di depan rumah kepala kampung, sesungguhnya bukan berisi beras dan mie instan sebagaimana yang dibutuhkan.
Karung-karung beras dan dus-dus tersebut berisi sampah, hal mana tak diduga oleh kelompok separatis tersebut.
Dan, tatkala karung dan dus-dus itu diangkat, anggota KKB tersebut kaget bukan main.
Pasalnya, karung itu terasa ringan. Begitu juga dus-dus mie yang menumpuk di tempat itu.
Terdorong oleh rasa penasaran, dus-dus itu pun langsung dibuka.
Saat melihat bahwa yang ada didalamnya adalah sampah, para pria tegap itu langsung meradang.
Mereka mendobrak pintu kepala kampung dan masuk ke dalam honai. Sesaat kemudian keluar lagi dan mereka mencarinya ke rumah tetangga.
Sementara pada saat yang sama, pria tersebut meniup pluit sebagai isyarat kepada teman-temannya agar segera ke honai kepala kampung.
Rupanya siasat yang dilakukan TNI-Polri itu sangat jitu. Karena terbukti, satu per satu KKB mendatangi honai kepala kampung.
Tak dinyana, sikap agresif KKB tersebut berujung duka. Sebab KKB muka baru itu bakal tamat riwayatnya di tempat tersebut.
Dari video yang viral tersebut, terungkap bahwa maut yang datang menjemput KKB itu, bukan dengan senjata api sebagaimana yang terjadi selama ini.
Anggota baru KKB itu diberi pelajaran dengan cara-cara yang tak biasanya. Mereka diperlakukan seperti apa yang dilakukannya terhadap kepala kampung.
Anggota kelompok bersenjata itu dihajar terlebih dahulu baru akhirnya dikirim ke alam baka.
Tak disebutkan kapan peristiwa itu terjadi dan di wilayah mana kepala kampung mendapatkan perlakuan kejam dari KKB.
Namun dari video itu terlihat bahwa saat ini ruang gerak KKB semakin sempit, selain jumlah anggotanya semakin berkurang. Sementara kehidupannya di hutan pun semakin tak menentu.
Bahan kebutuhan hidup makin sulit didapatkan. Sementara untuk membelinya ke kota, tak ada uang untuk ke sana.
Belum lagi pengawasan super ketat oleh aparat TNI-Polri pada setiap tapal batas. (*)