Sementara pria yang disebut sebagai petempur hebat itu sedang dalam perjalanan untuk pulang dan menghantar ayahnya ke tempat peristirahan kekal.
Lantaran yang didatangi adalah rumah duka, sehingga anggota KKB itu umumnya menanggalkan semua atribut tempurnya.
Mereka tak membawa satu pun peralatan senjata api yang biasanya dibawa ke mana pun kaki melangkah.
Mereka juga berperilaku layaknya warga sipil yang lai, walaupun mereka tahu kalau di rumah duka itu ada aparat TNI-Polri.
Sementara bagi prajurit TNI-Polri, meski tahu keberadaan anggota KKB, namun tetap bersikap biasa saja.
Prajurit TNI-Polri itu senantiasa membaur dalam rasa duka yang mendalam, atas meninggalnya sosok tersebut.
Bahkan di rumah duka itu, prajurit TNI-Polri duduk berdekatan dengan para pria KKB.
Sesekali terlihat mereka beradu pandang, meski cita rasanya berbeda antara satu sama lain.
Kendati kedukaan itu menyatukan berbagai rasa, tetapi gestur tubuh anggota KKB itu, beda dengan warga sipil lainnya.
Matanya jelalatan, sangat liar. Sementara gerakan tubuhnya seakan melampaui rasa waspada.
Tatapannya seolah hendak memangsai lawan, yang dalam hal ini adalah aparat TNI-Polri.