"Sebelum memutuskan pindah agama, ibu dan bapak sadar bahwa saya memiliki kepercayaan berbeda, tetapi mereka menghormati dan tidak pernah marah atau tidak setuju dengan keputusan saya."
"Pada awalnya, tinggal serumah dengan keluarga bukan Islam agak sulit. Tetapi mereka paham, semua jenis makanan haram 'disingkirkan' dari rumah kami," jelasnya
Pada momen Hari Raya Idul Fitri, Taaliah merayakannya secara sederhana.
Ia hanya menunaikan salat di pagi hari bersama teman.
"Teman muslim saya memberitahu bahwa bulan puasa adalah bulan yang agak menantang. Saya pun mencoba berpuasa sebagai orang Islam tahun ini."
"Saya tidak merayakan Hari Raya seperti umat Islam lain, hanya tunaikan salat di pagi hari dengan teman," tambahnya.
Siapa sangka, keputusan Taaliah menjadi mualaf ternyata diikuti sang adik.
"Setelah itu adik saya juga memeluk agama Islam, dia tertarik dengan apa yang saya lakukan," kata Taaliah.
Hidup sebagai minoritas di sebuah negara tentu bukan hal yang mudah.
Namun hal itu bukan menjadi penghalang bagi Taaliah untuk bangga menjadi seorang muslim. (*)