GridHot.ID - Enam unit pesawat tempur siluman F-35A milik Amerika Serikat (AS) telah tiba di Korea Selatan (Korsel) pada 5 Juli 2022, di tengah ancaman rudal taktis Korea Utara (Korut).
Keenam F-35A itu akan berada di Korea Selatan selama 10 hari
Melansir Eurasian Times, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengungkap tujuan dari pengerahan F-35A tersebut.
"Tujuan dari pengerahan ini adalah untuk menunjukkan pencegah yang kuat dan postur pertahanan bersama dari aliansi AS-ROK," ujar Kementerian itu.
"Sementara pada saat yang sama meningkatkan interoperabilitas antara ROK dan Angkatan Udara AS," lanjutnya.
Melansir Channel New Asia, keenam F-35A akan dikerahkan dari Pangkalan Angkatan Udara Eielson di Alaska, kata Pasukan Gabungan AS-Korea (USFK) dalam sebuah pernyataan.
Seorang juru bicara USFK mengatakan informasi mengenai pengerahan F-35 Ake Korea Selatan merupakan pengumuman publik pertama sejak Desember 2017.
Tetapi juru bicara USFK itu enggan merinci apakah ada pengerahan mendadak.
Untuk diketahui, Korea Selatan telah membeli 40 F-35A sendiri dari Amerika Serikat, dan sedang berusaha untuk membeli 20 unit lagi.
"F-35A angkatan udara Korea Selatan akan menjadi salah satu pesawat yang berpartisipasi dalam latihan bersama," kata USFK.
Korut menilai latihan gabungan AS-Korsel serta pembelian senjata dari Washington sebagai contoh "kebijakan bermusuhan."
Menurut mereka, langkah tersebut membuktikan tawaran AS untuk bernegosiasi tanpa prasyarat adalah omong kosong.
Meningkatnya Ketegangan di Wilayah
Melansir Eurasian Times, AS dan Jepang sedang melakukan pembicaraan untuk menanggapi serangan rudal nuklir taktis Korea Utara di Korea Selatan, sementara Seoul terlihat lebih jauh untuk memberdayakan Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA).
Ini mengikuti pertemuan Delapan Komisi Militer Pusat Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang melakukan "studi dan diskusi mendalam mengenai langkah-langkah militer untuk mengkonfirmasi tugas operasional unit garis depan Tentara Rakyat Korea (KPA) dan meningkatkan kemampuan eksekusi operasional mereka".
Para ahli secara luas percaya ini sebagai batu loncatan untuk mempersenjatai unit altileri garis depan dengan senjata nuklir taktis, menyusul serangkaian rudal berkemampuan nuklir jarak pendek yang dirancang untuk menyerang fasilitas strategis di pangkalan militer Korea Selatan dan AS.
Untuk diketahui, senjata nuklir taktis bisa digunakan dalam jarak yang relatif pendek. Istilah taktis mencakup banyak jenis senjata, termasuk bom kecil dan rudal yang digunakan sebagai senjata medan perang.
Tetapi mereka berisiko melakukan pertukaran nuklir karena negara-negara, terutama AS, mungkin akan membalas dengan hulu ledak nuklir yang lebih besar.
Belum lagi ancaman permanen dari radiasi nuklir di kawasan itu, bahkan jika pertukaran nuklir dapat dicegah.
Rudal Korea Utara
Korea Utara meluncurkan Hwasong-17, yang dinobatkan sebagai Rudal Balistik Antarbenua (ICBM) terbesar di dunia pada Oktober 2020.
ICBM tersebut kemudian diuji coba pada Mei tahun ini.
Pada 4 Juni, Korea Utara dikabarkan telah melakukan uji tembak delapan rudal balistik jarak pendek dalam 35 menit, dari setidaknya empat lokasi, termasuk wilayah pesisir barat dan timur dan dua wilayah pedalaman di utara dan dekat ibu kota.
Kepala Staf Pertahanan Gabungan Korea Selatan mengatakan rudal itu terbang sejauh 110 hingga 670 kilometer pada ketinggian maksimum 25 hingga 80 kilometer.
Setelah uji coba Korea Utara, Utusan Khusus AS untuk Korea Utara yang bernama Sung Kim mengatakan Washington sedang "mempersiapkan semua kemungkinan dalam koordinasi erat dengan sekutu Asia".
Sung Kim mengatakan itu saat berpartisipasi dalam pertemuan trilateral di Seoul dengan rekan-rekan Korea Selatan dan Jepang.
Diketahui, Korea Utara belum membuat kesimpulan tentang rencananya untuk menggunakan rudal nuklir terhadap apa yang dianggapnya sebagai ancaman keamanan eksistensial dari AS.
Korea Utara tampaknya bertujuan untuk menekan AS agar menerima jaminan ekonomi dan keamanan Pyongyang. (*)
Source | : | Channel News Asia,Eurasian Times |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar