GridHot.ID - Kadiv Propam non aktif, Irjen Ferdy Sambo, bakal dimintai keterangan atas kasus tewasnya Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Melansir tribunnews.com, pemeriksaan akan digelar Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk menyelidiki dugaan pelanggaran HAM dalam insiden penembakan di rumah Irjen Ferdy Sambo itu.
Saat ini, Komnas HAM tengah mengatur jadwal pemanggilan kepada Irjen Ferdy Sambo, termasuk juga kepada istrinya, Putri Candrawathi.
Sementara itu, mengutip fotokita.net, Komnas HAM yang sudah melakukan memaparkan hasil pemeriksaan awal terkait kematian Brigadir Yosua atau Brigadir J diviralkan sengaja tutupi sesuatu.
Komnas HAM ternyata mengetahui posisi Irjen Ferdy Sambo saat penembakan Brigadir J terjadi di rumah dinasnya. Foto sang komisioner disorot netizen di media sosial.
Dalam pemeriksaan yang sedang dikerjakan, Komnas HAM menyebutkan seluruh data video CCTV dan HP setiap pihak yang terlibat sudah dikantongi. Baru-baru ini, Komnas HAM mengungkap fakta usai melakukan pemeriksaan terhadap 20 video dari 27 titik CCTV.
Setelah pemaparan hasil pemeriksaan awal itu, Komnas HAM diviralkan sengaja menutupi sesuatu. Video rekaman Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menutupi sesuatu pada kertas yang ditunjukkan kepada wartawan viral. Ternyata Komnas HAM mengetahui posisi Irjen Ferdy Sambo saat penembakan Brigadir J.
Choirul Anam menjelaskan, sebanyak 27 titik CCTV yang videonya diperlihatkan itu meliputi rentang lokasi dari Magelang sampai ke rumah Irjen Ferdy Sambo yang menjadi lokasi baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E.
Dengan hasil pemeriksaan 27 titik CCTV tersebut, dugaan Brigadir J dihabisi antara Magelang-Jakarta dipatahkan oleh Komnas HAM.
"Apa yang paling penting dalam video ini? di area Duren Tiga, video memperlihatkan ada Irjen Sambo, ada rombongan dari Magelang.
Jadi Irjen Sambo masuk duluan setelah sekian waktu terus ada rombongan baru pulang dari Magelang dan di situ terlihat ada bu Putri, ada Yoshua. Almarhum Yoshua masih hidup, sampai Duren Tiga dia masih hidup," terang Anam kepada pers.
Pihak Komnas HAM juga mengungkapkan bahwa 20 video dari 27 titik CCTV tersebut tidak terlihat adanya hasil editing.
“Setelah melakukan pemeriksaan terhadap 27 titik CCTV mengatakan bahwa dari Magelang sampai Duren Tiga, almarhum Yoshua masih hidup,” kata Anam.
Komnas HAM juga menemukan fakta baru melalui teknik cell dump. Adapun cell dump sendiri merupakan teknis yang biasa dilakukan untuk mengetahui siapa saja yang ada di lokasi kejadian atau TKP melalui handphone. Data itu diperoleh dari Base Transceiver Station (BTS).
"Jejaring komunikasi itu dicek, jadi di seputaran Duren Tiga dan lain sebagainya. Salah satu yang digunakan kalau temen-teman terbiasa, yaitu cell dump," ujar Anam.
Pada penyelidikan terhadap tim siber dan tim Labfor, Anam menuturkan bahwa ia beserta jajarannya menggunakan teknis cell dump untuk mengetahui keberadaan masing-masing pihak saat peristiwa penembakan yang terjadi di Rumah Dinas Kadiv Propam Polri nonaktif Irjen Ferdy Sambo pada 8 Juli 2022.
"Salah satu tindakannya adalah cell dump, menarik jaringan komunikasi itu. Kami juga dikasih bahannya termasuk disediakan print-nya," kata Anam.
"Menentukan siapa saja yang ada di area itu. Walaupun ada banyak klaster penjelasan detailnya. Tapi cell dump secara sederhana untuk melihat HP siapa saja yang ada di situ," sebut Anam.
Langkah berikutnya, hasil temuan itu akan dianalisis Komnas HAM untuk mengungkap kebenaran orang-orang yang terlibat pada peristiwa tersebut, termasuk Brigadir J, Bharada E dan Irjen Ferdy Sambo.
Tidak hanya itu, pihaknya juga sudah mengecek jalur komunikasi yang terekam di call data records (CDR). Dari CDR itu, nantinya akan terlihat siapa saja yang berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terkait.
"Untuk jalur komunikasi bisa ditemukan dengan mekanisme yang lain, namanya Call Data Record untuk mengecek gsm siapa dengan siapa," jelasnya.
Anam menjelaskan, CDR tersebut sudah ada di tangan mereka dan baru akan di cek pada Rabu oleh pihak internal Komnas HAM. "
Cell dump, CDR dan macam-macam itu satu pisau analisis dan pisau analisis lainnya adalah video dan itu sudah dijelaskan tadi apakah ada editing atau engga," katanya.
"Sudah ada kalibrasi waktu? sudah, sehingga jelas ada waktu cctv ada waktu real time karena sudah dikalibrasi. Nah abis itu ya kita lihat itu isinya apa," lanjutnya.
Anam menyebut ada empat titik lokasi yang diselidiki dengan teknik cell dump. Ia tidak merinci empat lokasi itu, namun salah satunya di sekitar Komplek Perumahan Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Selain itu, data cell dump tersebut masih berbentuk mentah. Sehingga ia harus menyortir dan menganalisis terlebih dahulu.
"Itu (cell dump) bahan raw (mentah) material yang nanti kami analisis, untuk menentukan titik-titik mana komunikasi apa yang terjadi di wilayah-wilayah yang terekam dalam cell dump itu," ucapnya.
Menurut Anam penelusuran itu penting untuk mengetahui kebenaran terkait keberadaan HP setiap orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
"Cell dump untuk menentukan Hp nya siapa, di area mana. Ini signifikan sekali untuk saling melengkapi, kamu mengatakan tidak di situ tapi HP mu di situ kan ketahuan," ujarnya.
Anam menyebut masih ada 20 persen lagi yang belum pihaknya periksa, termasuk HP milik Kadiv Propam nonaktif Polri Irjen Ferdy Sambo dan Brigadir J.
"Tinggal ini ya sekitar tinggal 20 persen lagi lah yang memang kami butuhkan untuk memperkuat sisi sisi terangnya peristiwa. Dilanjut minggu depan," terang Anam.
Anam menyebut CCTV dan HP yang dibawa pada pemeriksaan hari ini belum lengkap. Pihaknya pun memberi waktu kepada Labfor dan siber dari kepolisian untuk membawa pekan depan.
"Karena masih ada satu proses baik di siber di labfor yang sekarang belum selesai. Kalau itu dipaksakan misalnya tadi kami periksa, secara prosedur hukumnya nanti juga akan lemah," papar Anam.
Ketika memaparkan hasil pemeriksaan, Anam tertangkap kamera melipat kertas. Momen Anam itu diviralkan sengaja menutupi sesuatu. Netizen pun dibikin heboh. Foto sang komisioner disorot di media sosial.
Potongan video konferensi pers Anam saat melipat kertas itu diunggah salah satu akun Instagram. Akun tersebut menyertakan narasi 'Moment Komisioner Komnas HAM melipat kertas untuk menutupi sesuatu' di dalam video.
Selain itu, muncul tanda panah dengan kalimat 'ada yang ditutupi' saat Anam membuka kertas dan melipat sisi kiri kertas itu. Ada juga kalimat 'Drama Komnas HAM soal Kematian Brigadir Yoshua' di video tersebut.
Momen yang viral itu merupakan potongan video saat konferensi pers Komnas HAM pada Rabu (27/7/2022). Ketika itu, Anam menjelaskan soal cell dump atau teknik untuk menyelidiki keberadaan handphone atau telepon seluler dalam satu titik lokasi lewat data yang diperoleh dari base transceiver station atau BTS.
"Kami tadi juga ditunjukkan di mana monitoring keberadaan, di samping dari video, keberadaan komunikasi, jejaring komunikasi yang terdapat di area Duren Tiga, di area Magelang, jadi ada empat titik untuk melakukan salah satu tindakannya adalah cell dump menarik jaringan komunikasi itu, kami juga dikasih bahannya, termasuk disediakannya print-nya, raw material-nya kami dikasih, jaring-jaringnya, siapa ngomong apa kami juga dikasih, saya akan tunjukkan," papar Anam.
Anam kemudian berjalan ke arah salah satu staf. Dia mengambil kertas yang di dalamnya terdapat gambar dan tulisan.
Anam terlihat memegang dan menunjukkan kertas itu ke arah wartawan. Saat itu, Anam sempat melipat sisi kiri kertas tersebut. Komisioner Komnas HAM hanya sebentar menunjukkan kertas itu.
Awak media yang hadir dalam konferensi pers itu sempat meminta sang komisioner Komnas HAM lebih lama menunjukkan kertas itu, tapi dia menolak dan memberi penjelasan lebih lanjut.
"Nggak, nggak. Rekan-rekan semuanya, itu bahan raw material yang nanti kami analisis untuk menentukan titik-titik mana komunikasi apa yang terjadi di wilayah-wilayah yang terekam dalam cell dump itu.
Kalau ini dipublikasi, gede begitu yang jangan. Nanti setelah kesimpulan kita, di laporan akhir kita, pasti kami akan bilang. Tapi sekarang tidak, untuk kepentingan bagaimana proses membuat terangnya peristiwa," ucapnya.
Anam pun memberi konfirmasi kalau kertas yang dipegangnya itu merupakan data cell dump. Konfirmasi itu disampaikan Anam saat ditanyakan soal apakah benar kertas yang salah satu sisinya ditutup hingga viral itu berisi data cell dump.
"Iya," ucap Anam yang memberikan konfirmasi kepada awak media detik, Jumat (29/7/2022).(*)
Source | : | Tribunnews.com,Fotokita.net |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar