Bukan pertama kali
Menurut Christian, fenomena embun beku di Kuyawage sudah terjadi berulang kali. Setidaknya ia mencatat ini adalah kejadian ketiga kali.
Fenomena pertama terjadi pada 1998 dan membuat beberapa warga meninggal dunia karena kelaparan.
Pada saat itu, untuk menyalurkan bantuan, pemerintah menggunakan helikopter dan ia mengaku melihat langsung kondisi Kuyawage.
"Jadi embun beku itu bikin daerah itu kering. Embun itu turun mulai jam 2 pagi sampai pagi, itu dingin sekali. Lalu siang hari panas terik, jadi tanaman rusak semua," tutur Christian yang mengaku sudah merasakan langsung fenomena tersebut.
Lalu fenomena kedua terjadi pada 2015 saat ia sudah menjabat sebagai Sekda. Ketika itu, dampak embun beku tidak terlalu parah karena pemerintah cepat menyalurkan bantuan pangan menggunakan helikopter.
Christian mengungkapkan, usai embun beku pada 2015, ia meminta Dinas Pertanian untuk mencari jenis tanaman yang bisa bertahan dalam cuaca ekstrem sehingga ketika fenomena tersebut terjadi lagi, masyarakat tetap memiliki cadangan pangan.
Namun hingga ia dilantik menjadi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua, rencana tersebut belum terlaksana.
"Waktu itu kita pikir itu fenomena 20 tahunan, tapi ternyata baru tujuh tahun ini sudah terjadi lagi, mungkin karena perubahan iklim. Waktu 2015 kita sudah memikirkan bagaimana masyarakat Kuyawage memiliki lumbung pangan, tapi sampai sekarang belum jadi juga," kata dia.
Rawan KKB
Sulitnya akses ke Kuyawage diperparah dengan faktor keamanan karena daerah tersebut merupakan wilayah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Purom Wenda.