Beruntun dengan kejadian tersebut, Bhagas mengatakan aplikasi layanan publik berbasis internet milik Pemerintah Desa Rejowinangun juga diretas.
Ia menyebut perentasan itu juga mejadi salah satu pemicu warga ingin menurut padepokan.
"Kami ini kan sudah desa digital. Pelayanan publik sudah berbasis internet. Aplikasi pelayanan kependudukan di-hack, data base diacak-acak," ujar Bhagas.
Setelah 4 hari tak bisa dikendalikan, aplikasi pelayanan tersebut baru bisa diakses pada Senin siang.
Selain aplikasi pelayanan kependudukan, tambahnya, portal untuk UMKM di Desa Rejowinangun juga tidak luput dari serangan hacker.
"Di portal itu muncul tulisan 'Rejowinangun Berhati Anarkis'," ujarnya.
Bhagas mengaku tidak tahu pihak mana yang melakukan penyusupan ke aplikasi pelayanan publik milik Pemerintah Desa Rejowinangun.
Namun, dia meyakini serangan hacker tersebut berkaitan dengan perseteruan antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin.
Sementara itu sejak Senin (1/8/2022) pagi, puluhan aparat kepolisian berjaga di Padepokan Nur Dzat Sejati.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Kepolisian Resor (Polres) Blitar, Iptu Udiyono mengatakan, penjagaan oleh personel kepolisian itu dimaksudkan untuk menghindari kemungkin anarkis.
Udiyono enggan menjelaskan lebih jauh terkait upaya mediasi dan meminta wartawan menanyakan langsung ke Kapolres Blitar AKBP, Adhitya Panji Anom.