"Bangun tidur dalam kondisi gelap (mati lampu), terdengar suara khas Ibuku manggil-manggil bangunin anak-anaknya keliling dari kamar satu ke kamar lainnya (menjelang subuh). Bangun...bangun...kuburan lebih gelap dari ini. Bangun..bangun..Malaikat Rahmat sedang turun ke bumi. Bangun..bangun..biar sekedar hatinya yang bangun," tulisnya sebelum meninggal.
Saat itu Nunung menceritakan, kalimat tersebut selalu terdengar sewaktu ia kecil.
Namun saat hidup di perantauan kalimat tersebut tidak terdengar lagi oleh dirinya.
"Saat ini aku sudah berkeluarga, diri ini juga telah menjadi seorang ibu, dan semoga bisa melanjutkan tugas seperti Ibuku ini ke keluarga kecilku dan anak turunanku," tulisnya lagi.
"Ibuku seperti ini karena nurun dari keistiqomahan kakek-nenekku, istiqomah bangun jam 1 atau 2 an sampe pagi tidak tidur lagi, bermunajat di Musholla keluarga, bahkan kalau nenekku lebih keras daripada ibuku, kalau bangunin untuk sholat harus benar-benar sampai bangun (teringat jaman sekolah kalau lagi nginep di rumah nenek)," kata Nunung melalui akun FB pribadinya.
Menurut Nunung, seorang ibu terlihat keras dan cerewet di depan anak-anaknya.
Namun percayalah itu demi kebaikan anak-anaknya di masa depan yang abadi (akhirat).
"Dan untuk almarhum papa, dan untuk para leluhurku yang sudah mendahului kami, semoga diberikan kebahagiaan di akhirat, terima kasih yang semasa hidupnya senantiasa mendoakan kami anak turunannya," kenang Nunung semasih hidup.
Selain itu, Nunung semasa hidupnya dikenal sebagi sosok yang kerap menyampaikan banyak petuah kehidupan kepada saudara-saudaranya.
Biasanya tentang keistiqomahan ibadah, nitip anak-anaknya yang masih kecil dan lain-lain.
Menurut adik kandung almarhumah, Sri Sukmana Damayanti, beberapa saat sebelum meninggal dunia, Nunung menceritakan mimpinya bahwa namanya sudah dicoret dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI).