Amerika Serikat memiliki kebijakan yang sengaja tidak jelas terhadap Taiwan, yang dimaksudkan untuk menyiratkan bahwa militer AS akan membantu mempertahankan Taiwan jika China menyerang, tanpa mengatakannya secara terbuka.
Presiden AS Joe Biden mengklarifikasi kebijakan itu pada bulan Mei, ketika dia mengatakan bahwa ya, Amerika Serikat akan membela Taiwan jika China menyerbu.
Meski hal itu akan menjadi peluang terbaik Taiwan untuk bertahan sebagai negara demokrasi yang independen, kondisi tersebut juga bisa menjadi skenario terburuk untuk bencana ekonomi yang akan ditimbulkan oleh perang atas Taiwan.
Organisasi riset Rand memperkirakan bahwa perang yang melibatkan China dan Amerika Serikat akan memotong 5% dari US$ 23 triliun ekonomi AS. Hal itu akan menjadi pukulan terbesar bagi kemakmuran Amerika sejak Depresi Hebat pada 1930-an.
Pada tahun 2009, di tengah Resesi Hebat, produk domestik bruto AS turun 2,6%. Indeks saham S&P 500 mencapai titik terendah pada tahun 2009 yakni 55% di bawah puncak sebelumnya.
Dampak bagi ekonomi China
Rand memprediksi, ekonomi China senilai US$ 17 triliun akan lebih menderita, dengan PDB turun sebanyak 25%.
Seperti halnya ekonomi Rusia setelah melakukan invasi ke Ukraina, kerusakan kemungkinan akan datang dari beberapa arah: sanksi ekonomi yang dikenakan oleh Amerika Serikat dan negara-negara sekutu lainnya, serangan terhadap infrastruktur China oleh Taiwan, biaya untuk mempertahankan perang yang mahal dan mungkin berkepanjangan, dan pemisahan China dari banyak sistem internasional.
Dampak bagi ekonomi Taiwan
Ekonomi Taiwan yang relatif kecil senilai US$ 670 miliar mungkin akan paling menderita, karena negara itu berjuang untuk kelangsungan hidupnya.