Pada lahan sawah, sorgum ditanam pada musim kemarau, bulan Juli-Oktober, pada waktu tanaman semusim lainnya kurang toleran terhadap cekaman kekeringan.
Sebelum tahun 1970an, biji tanaman sorgum digunakan untuk bahan pangan sebagai substitusi beras.
Namun setelah persedian beras memadai dengan harga yang relatif murah, petani di Jawa tidak lagi tertarik menanam sorgum.
Sejak tahun 1990an pasar sorgum dapat dikatakan tidak ada.
Industri pakan ternak (feed mill) yang mulai tumbuh sejak 1980an nampaknya kurang berminat membeli biji sorgum dalam negeri yang ketersediaannya tersebar dan di setiap lokasi jumlahnya sedikit.
Nampaknya ketiadaan pasar ini telah berfungsi menjadi “pemusnah” tanaman sorgumdari lahan petani.
Di negara-negara yang masyarakatnya menggunakan sorgum untuk bahan pangan, sorgum masih tetap menjadi tanaman utama, seperti halnya negara-negara di Afrika.
Hampir seluruh negara-negara tropis Afrika menggunakan sorgum sebagai bahan pangan, dan merupakan tanaman penting yang luas panennya relatif stabil dari tahun 1990 hingga 2012.
Perubahan luas panen di Erithrea dan Ethyopia lebih disebabkan oleh perubahan geo-politik dalam pembagian wilayah negara, namun petani pelaku penanamnya tetap sama.
Di Sudan, Nigeria, Tanzania, Uganda, Mozambique, Chad, dan Kamerun, luas areal tanaman sorgum meningkat nyata dari tahun 1990 ke tahun 2012, terkait dengan kebutuhan pangan penduduk yang terus meningkat.
(*)