Yoshizumi juga membuat tulisan di Tohido Nippo, koran gabungan Nichiran Shogyo Shinbun dan Jawa Nippo, membuatnya bisa menggalang persatuan orang Jepang di Hindia Belanda.
Karena aktivitasnya, dia dideportasi oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Sementara di Jepang dia menjalin koordinasi dengan Kaigun atau Angkatan Laut Jepang.
Dia bekerja untuk mengamati dan ikut operasi di Selatan, termasuk Indonesia.
Namun, dirinya ditangkap oleh Pemerintah Hindia Belanda, setelah Jepang menyerbu Pearl Harbor, 8 Desember 1941.
Dia menjalani penahanan yang berat di Australia, tetapi hal ini justru membuatnya berubah.
Hal itu diungkapkan oleh Nishijima, yang merupakan sahabat Yoshizumi.
Tomegoro Yoshizumi yang awalnya seorang sayap kanan dan nasionalis Jepang yang antikomunis, menjadi seorang Marxis.
Idealisme kirinya tersebut membuatnya bersimpati pada Indonesia, dan menjadikannya tokoh kunci kemerdekaan Indonesia.
Yoshizumi yang mengepalai intelijen Kaigun, penghubung Angkatan Laut Jepang, membuat jaringan bawah tanah.
Dia melakukan pertemuan dengan Yoshizumi, Nishijima, dan Tan Malaka di rumah Anmad Subardjo, setelah proklamasi kemerdekaan.