"Makanya kami setelahnya latihan intens lebih lagi, seperti bahasa dan lainnya, 2-3 bulan sebelum berangkat kesini," ungkap Arwin lagi.
Paling unik ketika harus berlatih bahasa. Arwin mengamini bahwa tidak sedikit prajurit yang minim penguasaan bahasa asing, terkhusus bahasa inggris.
Bahkan untuk mempersiapkannya, disamping berlatih fisik, ia bersama prajurit lain mengikuti kursus bahasa asing dalam kurun waktu dua bulan sebelum diterjunkan.
Meski pada akhirnya tidak seluruhnya bisa menguasai bahasa Inggris, kata Arwin, tidak ada kendala berarti dalam berinteraksi dengan prajurit US Army tersebut.
"Karena anggota yang kurang paham, mereka menggunakan Google Translate, bahasa tubuh, atau bahasa yang dapat dimengerti oleh prajurit US Army," tandasnya.
Disinggung mengenai apa saja yang diperbincangkan, Arwin membeberkan banyak informasi yang dibahas bersama. Seperti taktik hingga persenjataan US Army.
Bahkan, kata Arwin, dirinya banyak memberi masukan bagaimana prajurit TNI AD ketika berjibaku melawan ketidaknyamanan untuk bisa bertahan hidup di tengah hutan belantara.
Menurutnya, prajurit US Army sedikit banyak memiliki penasaran bagaimana prajurit di Indonesia bisa bertahan di balik keganasan hutan.
"Karena kita sangat mudah untuk bertahan hidup di hutan meski dilepas tanpa makanan dan minuman. Mereka tertariknya sama kita soal itu," tutur Arwin bangga.
Soal bertahan hidup maupun berperang di rerimbunan hutan, Arwin menyimpulkan perbedaan bagaimana prajurit Indonesia sejatinya lebih unggul dibanding prajurit US Army.
Hal tersebut dinilai dari perbedaan postur tubuh yang berbeda jauh.