Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu disebut-sebut sedang menjadi bahan ledekan atau olok-olok para tentara Rusia.
Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunWow, 30 Agustus 2022, informasi ini diungkap oleh intelijen Kementerian Pertahanan Inggris.
Kemenhan Inggris mengklaim saat ini Shoigu tengah dikucilkan di dalam internal pemerintahan Rusia.
Kini pejabat yang bertugas melapor terkait perkembangan perang di Ukraina kepada Putin adalah komandan operasional.
"Tentara dan pejabat Rusia yang mengalami perang secara langsung kemungkinan terus-terusan menjadikan Shoigu sebagai olok-olok karena kepemimpinannya yang tidak efektif dan kuno," tulis Kemenhan Inggris.
Kemenhan Inggris turut menjelaskan bagaimana Shoigu mengalami kesulitan menjalankan tugasnya karena minim pengalaman di bidang militer sebab dirinya lebih banyak berkarier di sektor konstruksi dan di Kementerian Situasi Darurat.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin sempat memerintahkan jajarannya untuk melakukan perluasan militer, Kamis (25/8/2022).
Perluasan tersebut satu diantaranya dengan menerapkan penambahan personel tentara.
Perintah ini diturunkan setelah Moskow selama enam bulan masih kesulitan memenuhi tujuannya di Ukraina.
Dilaporkan The Moscow Times, perubahan yang diajukan Putin tersebut mencangkup penambahan jumlah total staf militer dan sipil di Angkatan Bersenjata Rusia.
Dari jumlah 1,9 juta personel, pasukan akan ditingkatkan menjadi hampir 2,04 juta orang.
Peningkatan hanya akan datang dari penambahan tentara baru, bukan pegawai sipil baru, yang berarti bahwa jumlah tentara akan meningkat dari 137.000 orang menjadi 1,15 juta orang.
Menurut dekrit Putin, militer Rusia akan beroperasi pada tingkat baru ini mulai awal tahun depan.
"Saya ingin tahu apakah ini akan berarti draf yang lebih besar. Jika itu artinya, dan terlalu dini untuk mengatakannya, itu akan menjadi kemunduran besar selama 15-20 tahun terakhir dari kebijakan personel," cuit Dara Massicot, seorang peneliti senior di think tank RAND yang berbasis di AS dan mantan analis senior di Pentagon.
"Ekspansi seperti ini adalah langkah yang anda lakukan ketika perkiraan strategis untuk masa depan di dalam Staf Umum suram, atau anda memiliki konflik atau proyek jangka panjang dalam pikiran."
Para pejabat AS memperkirakan bahwa Rusia telah kehilangan 75.000 tentara tewas dan terluka selama enam bulan pertempuran di Ukraina.
Kini, militer Rusia diyakini menderita kekurangan tenaga kerja yang akut.
Perintah terakhir Putin untuk meningkatkan jumlah militer terjadi pada tahun 2017.
Ketika itu, Putin meminta peningkatan jumlah tentara menjadi lebih dari 1 juta orang.
Sementara itu, menurut beberapa laporan media independen, jenderal Rusia percaya bahwa perang di Ukraina dapat berlangsung beberapa tahun lagi.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 28 Agustus 2022, regulator nuklir Hongaria telah memberikan izin konstruksi untuk dua reaktor baru di pembangkit listrik tenaga nuklir Paks.
Dilansir CNN, reaktor akan dibangun Rosatom Rusia berdasarkan kesepakatan 2014 yang ditandatangani antara Budapest dan Moskwa.
Meskipun mengalami penundaan yang serius, proyek tersebut, yang diberikan tanpa tender kepada Rosatom, sering disebut-sebut sebagai bukti hubungan hangat antara Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dalam sebuah keputusan di situsnya Kamis (25/8/2022) malam, Otoritas Energi Nuklir Hungaria mengatakan pembangkit listrik 2 gigawatt yang dibangun Rusia di Paks dapat diperluas dengan dua reaktor baru, sambil menunggu izin lebih lanjut.
Hongaria bertujuan untuk memperluas Paks dengan dua reaktor VVER buatan Rusia, dengan kapasitas masing-masing 1,2 gigawatt.
Energi nuklir tidak dikenakan sanksi Uni Eropa.
Rencana untuk dua blok baru di Paks melayani kepentingan strategis Hongaria, Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto mengatakan setelah pertemuan pada bulan Mei dengan kepala eksekutif Rosatom.
Pabrik Paks sekarang memiliki empat reaktor VVER 440 kecil buatan Rusia dengan kapasitas gabungan sekitar 2.000 megawatt yang mulai beroperasi antara tahun 1982 dan 1987.
(*)