Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Namanya Minta Dirahasiakan, Pejabat AS Beri Bocoran Rusia Bakal Rekrut Penjahat di Ukraina Jadi Pasukan Perang: Dengan Imbalan Pengampunan dan Kompennsasi Finansial

Akhsan Erido Elezhar - Jumat, 02 September 2022 | 12:25
Ilustrasi presiden Rusia Vladimir Putin.
Kontan.co.id

Ilustrasi presiden Rusia Vladimir Putin.

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar

Gridhot.ID -Militer Rusia mengalami kekurangan personel saat berperang dengan Ukraina.

Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Kontan.co.id, 2 September 2022, menurut seorang pejabat AS yang mengutip intelijen AS, Rusia saat ini berusaha merekrut anggota layanan kontrak dan bahkan mungkin menarik penjahat yang dihukum.

Melansir Reuters, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit pada Kamis lalu untuk meningkatkan jumlah angkatan bersenjata Rusia dari 1,9 juta menjadi 2,04 juta saat perang di Ukraina memasuki bulan ketujuh.

Moskow belum mengungkapkan kerugian apa pun dalam konflik itu sejak minggu-minggu pertama, tetapi pejabat Barat dan pemerintah Kyiv mengatakan jumlahnya mencapai ribuan.

"Militer Rusia menderita kekurangan personel yang parah di Ukraina," kata pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim.

Pejabat itu mengatakan, dirinya meyakini bahwa kementerian pertahanan Rusia sedang berusaha untuk merekrut anggota layanan kontrak untuk menebus kekurangan personel ini.

"Itu termasuk dengan memaksa tentara yang terluka untuk masuk kembali ke pertempuran, memperoleh personel dari perusahaan keamanan swasta, dan membayar bonus untuk wajib militer," paparnya.

Dia menambahkan, "Secara terpisah, kami memiliki laporan yang kredibel bahwa Kementerian Pertahanan Rusia juga kemungkinan akan mulai merekrut penjahat yang dihukum di Ukraina dengan imbalan pengampunan dan kompensasi finansial," kata pejabat itu.

Sebelumnya diberitakan, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit pada hari Kamis (25/8/2022) untuk meningkatkan jumlah angkatan bersenjata Rusia dari 1,9 juta menjadi 2,04 juta saat perang di Ukraina memasuki bulan ketujuh.

Baca Juga: Picu Kemarahan Bharada E, Ferdy Sambo Cs Diduga Bohong saat Rekonstruksi, LPSK: Padahal Richard Semangat Ungkap Kejujuran dan Fakta

Mengutip Reuters, Moskow belum mengungkapkan kerugian apa pun dalam konflik itu sejak minggu-minggu pertama.

Akan tetapi, pejabat militer Barat dan pemerintah Kyiv mengatakan jumlahnya mencapai ribuan.

Peningkatan tersebut termasuk peningkatan 137.000 personel tempur menjadi 1,15 juta.

Menurut keputusan yang diterbitkan di portal legislatif pemerintah, kebijakan tersebut mulai berlaku pada 1 Januari.

Terakhir kali Putin menetapkan jumlah tentara Rusia adalah pada November 2017, ketika jumlah personel tempur ditetapkan 1,01 juta dari total angkatan bersenjata, termasuk non-kombatan, sebanyak 1,9 juta.

Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 2 September 2022, diberitakan sebelumnya serangan Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-190 pada Kamis (1/9/2022).

Ini terhitung sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi Rusia ke Ukraina yang disebutnya sebagai operasi militer khusus pada 24 Februari.

Pada perang Rusia-Ukraina hari kemarin, beberapa hal baru masih terjadi "mewarnai" perseteruan kedua negara.

Di medan perang, serangan dilaporkan terjadi di Kota Energodar yang merusak taman kanak-kanak dan Rumah Kebudayaan.

Baca Juga: Pangkatnya Kombes, Karier Eks Kapolresta Bandara Soekarno-Hatta Hancur Dipecat dari Polri, Ini Sosoknya yang Terbukti Terima Uang Haram Rp 7,3 Miliar

Sementara di luar medan perang, IAEA menyatakan akan tetap tinggal di PLTN Zaporizhzhia untuk memastikan keamanan situs tersebut.

IAEA akan menetap di PLTN Zaporizhzhia

Sebuah tim beranggotakan 14 inspektur nuklir PBB mengunjungi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang diduduki Rusia di Ukraina selatan.

Mereka berkunjung untuk memastikan keamanan PLTN tersebut di tengah kekhawatiran bahwa perang yang berkecamuk di dekatnya dapat memicu kecelakaan nuklir.

Dilansir dari Kantor berita AFP, inspeksi ke fasilitas nuklir terbesar di Eropa itu tetap dilakukan meskipun terjadi penembakan lebih lanjut di daerah yang memaksa penutupan salah satu dari enam reaktornya.

Rusia dan Ukraina selama ini saling menuduh bertanggung jawab atas serangan ke PLTN Zaporizhzhia.

Setelah kunjungan tersebut, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengumumkan bahwa IAEA akan "tinggal" di PLTN tersebut.

"IAEA tetap di sini. Beri tahu dunia bahwa IAEA tetap di Zaporizhzhia," katanya.

Macron jaga komunikasi dengan Putin

Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Kamis membela kebijakannya untuk menjaga dialog dengan Rusia.

Baca Juga: Ferdy Sambo Dipanggil 'Jenderal' oleh Penyidik saat Rekonstruksi Penembakan Brigadir J, Kadiv Humas Polri Buka Suara, Singgung Pansos

Dia mengatakan bahwa Turkiye seharusnya tidak menjadi satu-satunya kekuatan dunia yang berbicara dengan Rusia.

Macron menuai kritik pada awal perang karena upayanya yang gagal untuk membujuk Vladimir Putin agar tidak menyerang Ukraina.

Setelah jeda yang panjang menyusul klaim yang meluas tentang kejahatan perang Rusia di Ukraina, dia berbicara lagi dengan Putin pada 19 Agustus.

"Siapa yang ingin Turkiye menjadi satu-satunya kekuatan dunia yang terus berbicara dengan Rusia?" kata Macron dalam pertemuan duta besar Parancis di Istana Elysee.

"Tugas seorang diplomat adalah berbicara dengan semua orang, terutama dengan orang-orang yang tidak kita setujui," tambah dia.

(*)

Source :Kompas.comKontan.co.id

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x