Ayres, yang berasal dari London merupakan salah satu dari hanya tiga orang asing dalam tim.
Dia telah bertempur bersama mantan marinir AS Michael Zafer Ronin, yang juga terluka pekan lalu pada awal serangan balasan.
Ronin menderita luka pecahan peluru di kepala, perut dan tangan.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunSolo, 7 September 2022, kedua sukarelawan itu awalnya bertemu saat berjuang bersama pejuang Kurdi di Suriah.
Ronin, 34, berasal dari Kansas, mengatakan moral militer Ukraina di garis depan masih "cukup tinggi".
Tetapi sebaliknya, pasukan Rusia yang menentang tampaknya "sedikit tidak profesional, dan tidak terorganisir".
Ayres dan Ronin tiba di awal perang sebagai sukarelawan, dan kemudian mendaftar sebagai tentara bayaran untuk tentara Ukraina dengan kontrak tiga tahun.
Ayres mengatakan dia datang untuk bergabung dalam pertarungan karena dia "terinspirasi" oleh semangat rakyat Ukraina.
"Itu (antara) benar dan salah. Itu adalah serangan tak beralasan terhadap negara berdaulat," kata Ayres.
Dia tidak memiliki simpati apa pun untuk tentara Rusia, tambahnya.
Tantangan utama mereka di medan perang adalah kalah senjata dan kalah jumlah dengan Rusia.