“Beberapa ancaman serentak yang menyebar sejauh 500 Km akan menguji kemampuan Rusia untuk mengoordinasikan desain operasional dan merealokasikan sumber daya ke berbagai kelompok kekuatan,” kata kementerian itu.
“Sebelum perang, kegagalan Rusia melakukan ini adalah salah satu alasan yang mendasari kinerja buruk militer,” sambung Kementerian Pertahanan Inggris.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kontan.co.id, 9 September 2022, diberitakan sebelumnya melalui utusannya di PBB, Rusia mendesak Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk memberikan bukti terkait tuduhan bahwa Rusia membeli persenjataan dari Iran dan Korea Utara.
Di hadapan 15 anggota Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia pada hari Kamis (8/9) menyebut dua negara rivalnya itu telah menyebarkan informasi yang salah.
"Saya ingin meminta mereka sekarang untuk memberi kami bukti atau mengakui bahwa mereka menyebarkan informasi yang tidak dapat diandalkan," ungkap Nebenzia, seperti dikutip Reuters.
Komentar Nebenzia ini keluar setelah pemerintah AS menuduh Iran telah memasok drone tempur ke Rusia selama perang di Ukraina.
Tuduhan itu pun telah dibantah Iran.
Awal pekan ini, intelijen AS juga menyebut bahwa Rusia sedang dalam proses untuk mendatangkan roket dan peluru artileri dalam jumlah besar dari Korea Utara.
Tuduhan itu juga disampaikan Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward di hadapan forum.
"Rusia beralih ke Iran untuk memasok UAV (kendaraan udara tak berawak) dan melakukan pelanggaran yang jelas terhadap sanksi PBB dengan memasok amunisi dari Korea Utara," kata Woodward.