Namun, Aryanto mengungkapkan, kedatangannya murni untuk keperluan tanda tangan surat putusan KEPP Brotoseno.
Pasalnya, Ferdy Sambo tidak berada di kantor dan Mabes Polri sudah mendesak agar ada putusan segera terkait kasus Brotoseno.
"Pak Chuck yang minta antar surat itu ke Saguling, karena Bapak (Ferdy Sambo) tidak ada di kantor. Sedangkan surat itu urgent, yang memang harus ditandatangani (yang diminta) dari Direktur SDM," ujar Aryanto.
Lebih lanjut, Aryanto mengaku tidak tahu persis pukul berapa tiba di Saguling dan meminta tanda tangan dari Ferdy Sambo pada hari kejadian.
"Saya persisnya enggak tahu, cuma yang saya ingat saya tiba di kantor (Div Propam Polri) pas azdan maghrib. Setelah saya sampai di sana (Saguling), saya nunggu, udah ditandatangani saya balik lagi ke kantor (Div Propam Polri), gitu," ujar Aryanto.
Hasil putusan KKEP Raden Brotoseno sendiri diumumkan ke publik pada 14 Juli 2022, lebih kurang enam hari setelah pembunuhan Brigadir J di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Putusan tersebut berisi pemecatan Raden Brotoseno dari anggota Polri secara tidak hormat.
“Memutuskan untuk memberatkan putusan sidang komisi kode etik Polri nomor PIT/72/X/2020 tanggal 13 Oktober 2020 menjadi sanksi administratif berupa pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH)," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri Kombes Nurul Azizah di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (14/7/2022). (*)