Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Siap-siap Konsekuensinya, Simak Penjelasan Ustaz Adi Hidayat Soal Hukum Bertaubat Tapi Tak Minta Maaf Pada Orang yang Didzalimi

Desy Kurniasari - Rabu, 14 Desember 2022 | 06:13
Ilustrasi Dosa yang tidak diampuni Allah meski bertaubat
Pixabay/Sasin Tipchai

Ilustrasi Dosa yang tidak diampuni Allah meski bertaubat

GridHot.ID - Taubat adalah satu di antara perkara penting yang harus diamalkan Umat Muslim .

Terlebih, jika melakukan kesalahan dan dosa besar.

Seperti Musyrik atau Musyrik dengan bentuk berdukun atau menuntut ilmu hitam, ilmu Pelet, pesugihan dan sejenisnya, hingga berzina.

Mengutip tribunpontianak.co.id, Rasulullah SAW bahkan menyerukan pentingnya Tobat bagi seorang Muslim.

Dalam Hadist disebutkan :

ياأيها الناس توبوا إلى الله واستغفروه فإني أتوب في اليوم مائة مرة

Artinya:

“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampunan-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali”. (HR. Muslim

Dalam Alquran , Allah SWT mengingatkan dengan tegas bahwa dosa syirik atau Musryik, tidak akan diampuni kecuali dengan bertobat!

ثم أخبر تعالى: أنه (لا يغفر أن يشرك به) أي: لا يغفر لعبد لقيه وهو مشرك به

Artinya:

Baca Juga: Tempat Bersarang Setan, Ustaz Adi Hidayat Jelaskan Benda-benda yang Dianggap Tolak Bala Tapi Bisa Merusak Akidah, Simak Amalan Doa Perlindungan dari Gangguan Jin

“Kemudian Allah mengabarkan bahwa :(”Ia tidak akan mengampuni dosa syirik”) yaitu: Tidak mengampuni bagi seorang hamba yang meninggal dalam keadaan masih berbuat syirik”(Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nisa ayat48)

Dilansir dari banjarmasinpost.co.id, pendakwah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan hukum bertaubat dari perbuatan zalim namun tidak meminta maaf kepada orang yang dizalimi.

Pemaafan dan pengampunan kepada seorang hamba, dikatakan Ustadz Adi Hidayat adalah hak prerogratif Allah SWT.

Konsekuensi perbuatan seorang hamba, Ustadz Adi Hidayat menuturkan akan melahirkan berbagai hal dari Allah SWT, misal kalau berbuat baik akan mendapat pahala kebaikan, sebaliknya jika berbuat buruk terancam berpotensi mendapat dosa.

Zalim dalam ajaran Islam adalah meletakkan sesuatu atau perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin dan lawan kata dari zalim adalah adil.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan umat Islam akan menuai apa yang ia buat, jikalau melakukan perbuatan tercela maka terancam akan dihukumi dosa.

"Dikatakan terancam karena ada pintu untuk berbuat taubat untuk menuttup kesalahan yang dilakukan," terang Ustadz Adi Hidayat dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Adi Hidayat Official.

Dalam konteks berbuat salah atau berperilaku zalim, terbagi dua bagian ada terkait dengan Allah SWT secara langsung, misalnya terkait ibadah misalnya meninggalkan shalat sengaja, tidak puasa Ramadhan.

Cara bertaubatnya meminta ampun kepada Allah berjanji tidak mengulanginya lagi, meningkatkan ketaatan kepada Allah, menambah ibadah sunnah, dan mengganti apa yang sesuai ketentuan syariat, jikalau puasa maka harus lakukan qadha dan ketentuan lainnya yang telah dirumuskan dalam kitab fikih.

"Jika perbuatan zalim yang pernah dikerjakan dan kita berlindung kepada Allah dari perbuatan demikian, terkait dengan hak anak cucu Adam atau sesama manusia, maka jalan yang harus dilakukan adalah diselesaikan dulu dengan orang atau manusia yang dimaksud," papar Ustadz Adi Hidayat.

Sekalipun Anda memohon ampun kepada Allah, namun tidak meminta maaf atau tidak menyelesaikan dengan orang yang bersangkutan, maka taubat yang dilakukan belum sempurna.

Baca Juga: Ustaz Adi Hidayat Jelaskan Manfaatnya yang Tak Banyak Diketahui, Simak Amalan Doa Saat Berkendara Supaya Dijauhkan dari 'Ketersesatan' Dunia dan Akhirat

Dan masih menggantung, masih akan dibahas dalam hisab saat kembali kepada Allah SWT, bahkan berpotensi melahirkan pengaduan dari orang yang dizalimi berpotensi mengurangi pahala yang telah Anda dapatkan.

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dalam hadist shahih yang berbunyi:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ (رواه مسلم)

"Tahukah kalian, Siapakah orang yang mengalami bangkrut berat diantara kalian?" Para sahabat menjawab pertanyaan Nabi: “Mereka adalah orang yang tidak memiliki suatu harta apapun”. (HR. Muslim, No: 2581).

Para sahabat menjawab apa adanya terhadap pertanyaan Nabi, bahwa orang yang failit (bangkrut berat) adalah mereka yang tidak memiliki apa-apa, bahkan mereka yang memiliki uang karena usaha-usahanya terus-menerus rugi.

Nabi SAW selanjutnya meluruskan pendapat mereka, bahwa bangkrut yang disebutkan di atas, baru tergolong bangkrut biasa bukan bangkrut berat.

Nabi menjelaskan:

فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ (رواه مسلم)

"Orang yang menderita bangkrut berat dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari kemudian dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak, ia datang dengan membawa pahala shalatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat, sedekah, amal dan sebagainya.

Tetapi kemudian datang pula menyertai orang itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan darahnya. Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis.

Setelah amal kebaikannya habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicamppakkannya orang itu ke dalam neraka. (HR. Muslim, No: 2581).

Baca Juga: Ustaz Adi Hidayat Jelaskan Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW, Simak Hukum Mengganti Nama Lahir dalam Islam

"Kita berlindung dari semua itu, semasa hidup orang-orang yang bangkrut yang dimaksud pada hadist tidak meminta maaf, mengklarifikasi, menjelaskan, tidak memanfaatkan momentum Hari Raya Idul Fitri, meski minta maaf namun tak menjelaskan maka kejelasannya akan dipertanyakan di akhirat," terangnya.

Sehingga sangat sampai terjebak dengan perbuatan tercela, pahala shalat dan ibadah lainnya akan berkurang bahkan hilang jika perbuatan buruk semasa hidup tidak diselesaikan.

Misalnya ada orang yang memfitnah orang lain, maka pahala shalat dari orang yang memfitnah akan diambil dan diberikan kepada orang yang difitnah di akhirat kelak.(*)

Source :Banjarmasinpost.co.idTribunPontianak.co.id

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x