Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev memaparkan prediksi tahun 2023 dan ramalannya ini viral.
Hingga Selasa (27/12/2022), prediksi yang dia tulis di Twitter dalam bentuk utas tersebut sudah dilihat 25 juta kali dan disuka oleh lebih 37.000 akun.
Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 28 Desember 2022, pemilik baru Twitter, Elon Musk, menggambarkan ramalan politisi yang sekarang menduduki jabatan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia tersebut sebagai "prediksi paling absurd yang pernah ia dengar".
Sosok yang juga pernah menjadi perdana menteri Rusia itu meramal bahwa akan terbentuk semacam negara baru di Eropa, yang antara lain terdiri dari Jerman, Polandia, negara-negara Baltik, Czechia, Slovakia, dan Republik Kyiv.
Wilayah yang sekarang dikenal sebagai Ukraina barat akan diduduki oleh Polandia dan Hungaria.
Ini mengisyaratkan bahwa pada 2023 negara Ukraina akan bubar.
Medvedev juga memprediksi perang antara Perancis dan negara baru pimpinan Jerman akan pecah.
"Eropa akan terpecah, Polandia akan mengalami partisi sebagai akibatnya," kata Medvedev. Uni Eropa dan mata uang euro akan bubar Soal Uni Eropa, Medvedev mengatakan organisasi regional ini akan bubar setelah Inggris bergabung kembali dan euro tidak akan lagi sebagai mata uang tunggal.
Inggris menggelar referendum keanggotaan Uni Eropa pada 2016 dan hasilnya dijadikan dasar oleh pemerintah Inggris untuk keluar dari organisasi tersebut.
Menurut Medvedev, Irlandia Utara akan lepas dari Inggris dan bergabung dengan Negara Republik Irlandia.
Pejabat Rusia itu juga memperkirakan akan pecah perang saudara di California dan sebagai akibatnya Texas akan berdiri sebagai negara sendiri.
Dalam prediksinya, Texas dan Meksiko akan bergabung menjadi satu negara.
Selain itu, Medveded meramalkan Elon Musk akan menang pemilihan presiden di beberapa negara bagian AS.
Untuk ekonomi, Medvedev memprediksi pusat-pusat pasar modal akan meninggalkan Amerika Serikat dan Eropa dan pindah ke Asia.
Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia "akan bubar" sementara dolar dan euro tidak lagi menjadi bentuk cadangan devisa global.
Sementara itu disisi lain, Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev juga semoat berkunjung ke Beijing, membawa pesan pribadi Presiden Vladimir Putin ke Presiden China Xi Jinping.
Kantor berita Xinhua mengatakan pesan itu berisi salam ramah dan harapan terbaik untuk Xi, yang meminta tamunya untuk menyampaikan tanggapannya yang setimpal kepada pemimpin Rusia.
Dalam sebuah pernyataan singkat tentang sifat pertemuan itu, Medvedev mengatakan dia dan tuan rumah China membahas kerja sama intra-partai.
Xi Jinping terpilih kembali sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis China pada Oktober. Medvedev memimpin Partai Rusia Bersatu yang kini berkuasa di Rusia.
Kedua pejabat tersebut juga membahas hubungan bilateral antara China dan Rusia serta urusan internasional, termasuk krisis di Ukraina.
Presiden China Xi Jinping memuji kontak kedua pihak sebagai platform unik untuk membangun kepercayaan politik antarnegara.
Berbicara tentang situasi di Ukraina, Xi Jinping mengulangi seruan China kepada semua pihak untuk menahan diri.
China juga mendesak resolusi damai. Dia menyatakan harapan konflik dapat diakhiri melalui cara-cara politik.
Menurut Xinhua, Medvedev mengatakan masalah Rusia-Ukraina tetap rumit tetapi Moskow bersedia menyelesaikannya melalui pembicaraan damai.
Hubungan China-Rusia mengalami pasang surut. Dinamika tinggi, tapi cenderung relatif baik sesudah bubarnya Uni Soviet yang komunis.
Di sektor bisnis, pasokan gas alam dari Rusia ke China kini dilaporkan meningkat 173 persen dalam 10 bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama 2021.
Laporan diungkapkan Duta Besar China untuk Moskow, Zhang Hanhui.
Beijing memastikan siap terus bekerja sama dengan Moskow, menjamin pasokan gas dari jalur pipa Power of Siberia akan mencapai kapasitas yang diproyeksikan sesegera mungkin.
Dia menambahkan China juga ingin melihat implementasi yang lebih cepat dari proyek pipa gas Rusia-Mongolia-China.
“Di tengah situasi saat ini, cakrawala kerja sama baru Rusia-Tiongkok sedang ditunjukkan,” kata diplomat itu dalam pidatonya di forum ‘Gas Rusia 2022 – Beralih ke Timur’.
“Kami siap memperkuat kerja sama terintegrasi dengan pihak Rusia di bidang pipa dan gas cair,” katanya di Moskow.
Menurut diplomat tersebut, China telah menjadi konsumen gas alam terbesar di dunia dan memiliki potensi besar untuk lebih meningkatkan impor bahan bakar tersebut.
Dia mencatat konsumsi gas alam di China mencapai 372 miliar meter kubik pada 2021, menandai lonjakan tahunan sebesar 12,7 persen.
“Timur menyambut gas Rusia. Ada pasar yang cukup di Timur untuk menempatkan gas Rusia,” katanya.
Ia menekankan Beijing tidak akan pernah membiarkan kekuatan luar mengganggu kerja sama energi antara China dan Rusia.
Raksasa energi milik negara Rusia Gazprom melaporkan pasokan harian ke China melalui pipa Power of Siberia telah mencapai rekor tertinggi, sementara kewajiban kontrak perusahaan terlampaui sebesar 16,4 persen.
Duta Besar China menekankan Beijing mengutuk tindakan sabotase pada September terhadap dua pipa Nord Stream, yang menghubungkan Rusia dan Jerman melalui Laut Baltik, sebagai hal yang tidak dapat diterima.
“China menentang kebijakan intimidasi yang dilakukan oleh beberapa negara di sektor energi,” kata Zhang.
Jalur pipa bawah laut Nord Stream 2 yang strategis hancur di perairan Swedia. Penyelidikan berikutnya menunjukkan ledakan terjadi akibat aksi sabotase bawah air.
Rusia menunjuk tangan-tangan intelijen Inggris, AS, dan Kanada ada di balik operasi rahasia yang dijalankan guna mendukung Ukraina.
Proyek raksasa Nord Stream 2 digarap atas kerjasama Rusia-Jerman menggunakan kontraktor Eropa, guna membuka jalan tol pasokan gas ke Eropa barat.
Tapi proyek raksasa itu ditentang AS, diduga karena bisa menghancurkan bisnis migas yang dikendalikan Washington.
(*)