"Mangkanya kita panggil Pak Puh (ayah Tiko), jadi posisinya masih tua keluarga dia dari pada keluarga saya," jelasnya.
Sumaryono menceritakan bahwa dirinya termasuk salah satu saksi terkait pernikahan Ibu Eny dan Herman yang menikah pada tahun 1996.
"Dulu waktu Ibu Eny menikah saya juga ikut mengantarkan pada tahun kira-kira tahun 1996 atau 1997," terangnya.
Tak hanya itu, kerabat juga mengatakan bahwa pernikahan Ibu Eny dan mendiang ayah Tiko ternyata adanya perjodohan.
"Waktu nikah dengan Ibu Eny itu, Pak Herman ini dijodohkan dengan keponakannya sendiri, dia minta dicarikan janda yang gak punya anak untuk mendampingi dia," jelasnya.
Bak menepis asal usul Tiko yang disebut bukan anak kandung, Sumaryono menjelaskan bahwa Tiko lahir di Jakarta, namun saat itu seringnya terjadi banjir akhirnya keluarga Ibu Eny pindah ke rumah komplek PLN pada tahun 2004.
"Tiko waktu itu lahir masih di Jakarta di Bantara, waktu itu musim banjir terus mangkanya pindah ke kelender komplek PLN itu posisinya rumah kosong tahun 2004," bebernya.
Lebih lanjut, Sumaryono juga menceritakan bahwa sosok ayah Tiko ini dikenal cekatan dalam berbisnis sehingga bisa membeli beberapa rumah saat itu.
"Pak Puh itu memang cekatan jadi memang bisa beli rumah di Bintara dan Kelender," terangnya.
Dijelaskan Sumaryono juga ternyata ayah Tiko sempat memiliki usaha jual beli mobil hingga akhirnya ditipu membuatnya harus kehilangan mobil.