GridHot.ID - Puasa Ramadhan tinggal sebentar lagi.
Apakah masih ada yang memiliki hutang puasa Ramadhan?
Bagi penderita maag, simak tips melaksanakan amalan Puasa Qadha meski memiliki Penyakit maag.
Mengutip GridHealth.id, tentu sebagai umat muslim penting untuk melakukan persiapan sebulumnya supaya ibadah puasa yang dilakukan berjalan dengan lancar.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat akan meaksanakan ibadan puasa adalah menjaga kondisi kesehatan badan.
Misalnya saja bagi penderita maag, dimana mereka perlu melakukan adaptasi supaya ibadah puasa yang dijalan tidak membuat penyakitnya kambuh.
Diketahui maag sendiri merupakan rasa tidak nyaman di perut bagian atas, yang kebanyakan disebabkan oleh asam lambung.
Ketika maag terjadi penderitanya bisa mengalami gejala khas seperti heartburn atau dada terasa terbakar (panas), nyeri dada, rasa mengganjal di tenggorokan, dan kadang-kadang hidung sulit bernapas.
Sementara itu terkait maag sendiri, ini diketahui sebagai salah satu gangguan pencernaan yang paling sering dialami banyak orang saat ibadah puasa.
Dilansir dari tribunpalu.com, amalan Puasa Qadha adalah salah satu cara mengganti utang puasa Ramadhan.
Berikut tips melaksanakan Amalan Puasa Qadha meski memiliki Penyakit maag.
Diketahui Amalan Puasa Qadha adalah puasa yang dilakukan oleh seseorang untuk mengganti puasa wajib yang ditinggalkan, atau karena satu hal yang membuat seseorang batal puasa wajibnya, tetapi tidak ada unsur kesengajaan.
Bagi umat Islam yang meninggalkan puasa wajib, dianjurkan untuk membayar sesegera mungkin agar tidak melupakan jumlah puasa yang terlewat dengan Puasa Qadha atau dengan membayar Fidyah.
Jika tak berpuasa, maka wajib untuk menggantinya.
Namun beberapa golongan justru diperbolehkan untuk tidak berpuasa.
Apabila Anda memiliki utang puasa Ramadan, alangkah lebih baiknya untuk segara menggantinya.
Berikut Niat Puasa Qadha
Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.
Artinya: “Saya niat berpuasa untuk mengganti puasa Ramadhan karena Allah Ta'ala.”
Tips Melaksanakan Amalan Puasa untuk Penderita Penyakit maag
Berikut Tribunpalu.com rangkum panduan bagi penderita maag agar tetap bisa menjalankan ibadah puasa tanpa rasa khawatir.
Dikutip Tribunpalu.com dari hellosehat.com, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Segera Berbuka Jika Sudah Waktunya
Bagi penderita maag jangan menunda makan dan minum ini agar perut segera terisi.
Hal ini terjadi mengingat saat berpuasa, biasanya kita yang tinggal di Indonesia harus menahan haus dan lapar selama lebih dari 12 jam.
Kondisit tersebut dikhawatirkan akan membuat asam lambung penderita maag naik.
Maka dari itu jika sudah waktunya berbuka, segeralah makan dan minum.
2. Makan Perlahan
Walaupun penderita maag diharuskan segera makan dan minum saat tiba waktu berbuka, namun jangan terburu-buru dan makanlah dengan porsi kecil.
Makan terburu-buru dengan porsi besar justru akan membuat perutmu terasa sakit.
Maka dari itu mulailah berbuka dengan camilan ringan berupa kurma atau roti dan segelas air hangat.
3. Minum Obat
Jika kondisi maag sudah parah, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.
Konsultasikan kondisimu ini dan minum obat yang diresepkan oleh dokter pada waktu berbuka dan sahur.
4. Hindari Makanan Berlemak
Makanan berlemak tidak baik bagi penderita maag.
Hindari makanan berlemak akan mudah meningkatkan asam lambung.
Sebaiknya hindari makan cokelat, gorengan, dan buah-buahan yang mengandung asam seperti jeruk, lemon dan sebagainya saat berbuka puasa.
5. Konsumsi Makanan Yang Lambat Dicerna
Makanan yang lambat dicerna akan lebih lama bertahan di perut dan membuat rasa lapar berkurang.
Makan makanan yang mengandung karbohidrat yang tinggi serat seperti gandum dan nasi merah agar rasa kenyang bertahan lebih lama.
Selain itu, penderita maag harus menghindari stress yang dapat berpengaruh terhadap naiknya asam lambung.
Alihkan stressmu dengan perbanyak ibadah agar hati dan pikiran menjadi tenang. (*)
Source | : | TribunPalu.com,GridHealth.ID |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar