Hengki menuturkan, korban H dan P mempunyai relasi sebagai rekan kerja.
Diketahui, keduanya bekerja di perusahaan besi di wilayah Kampung Rawa Pasung, Kelurahan Kota Baru, Kota Bekasi.
"Inisial H (korban), kenal dengan yang sudah meninggal inisial P, dia bekerja sebagai buruh karyawan toko material, tidak jauh dari sini," jelas Hengki.
Sementara itu, Ketua RT setempat yakni Purwo Darmanto mengatakan, sosok P memang tinggal seorang diri di rumah tersebut.
Aktivitasnya pun terlihat wajar. Sebagai warga pendatang, ia juga terbilang aktif di lingkungan tempat sekitar.
"Aktif biasa sih normal, di lingkungan kalau pas lagi arisan dia ikut arisan, kerja bakti ya kerja bakti," jelasnya.
Purwo melanjutkan, P pun mengaku memang bekerja di perusahaan toko material besi konstruksi di wilayah Jalan Sultan Agung Bekasi.
"Kerja di perusahaan PT, yang jual beli besi di Jalan Sultan Agung, cuma itu yang tahu," jelas dia.
Motif pembunuhan
Motif dari kasus pembunuhan ini diduga karena masalah utang setoran perusahaan.
Hal itu disampaikan oleh Ryandi, tetangga Y di Jakarta Timur.
"Ibu Y yang masukin pelaku kerja di perusahaan besi itu.
Dugaannya ada utang, P ada setoran tagihan pembayaran besi kepada korban, tapi mundur-mundur terus.
Saya enggak tahu nominalnya berapa," ujar Ryandi, kepada wartawan, Selasa (28/2/2023).
Meski tak mengetahui jabatan Y dan P, Ryandi menduga Y memiliki jabatan yang lebih tinggi dibanding pelaku.
Adapun dugaan utang-piutang antar korban dan terduga pelaku itu juga disebutkan oleh suami korban.
Pada suatu momen, lanjut Ryandi, sang suami dari Y bercerita, P sempat mendatangi kediaman korban dan suaminya yang terletak di Pulogebang, Cakung.
Saat itu, P berniat menggadai motornya kepada Y untuk menutupi utang pembayaran tagihan perusahaan yang memesan besi melalui pelaku.
"P ini kata Pak Heri (suami Y) pernah ke rumahnya. Dia waktu itu mau gadai motor, tapi Pak Heri enggak mau karena itu motor kantor," ungkap Ryandi.
(*)
Source | : | Kompas.com,Serambinews.com |
Penulis | : | Akhsan Erido Elezhar |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar