Ia menceritakan pengalaman saat berada di Maroko, negara yang tidak menerapkan waktu imsakiyah.
"Dua kali saya puasa di Maroko tak ada imsak, saat sahur, makan terus makan terus, pas sedang makan tedengar bunyi adzan, Allahu Akbar Allahu Akbar, makanan masih bersarang di mulut," jelas Ustadz Abdul Somad dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Lentera Iman Official.
Ustadz Abdul Somad pun bingung kala itu, apabila ditelan batal puasa dan jika dimuntahkan sayang dengan makanannya.
Karena itu, ia merasa bersyukur di Indonesia berlaku waktu imsakiyah sesuai pendapat mazhab Syafii.
Umumnya waktu imsak berkisar 10 menit menjelang adzan subuh.
"Jadi saat imsak bisa gosok gigi, baca Alquran 50 ayat, maka nanti saat adzan mulut sudah bersih. Itu makna imsak, tapi bukan lampu merah atau tanda berhenti," paparnya.
Kesimpulannya imsak menjadi pertanda kehati-hatian menjelang masuk waktu subuh sehingga bisa lebih mempersiapkan awal puasa.
Misalnya terlambat bangun saat sahur yang mana bangun saat waktu imsak, maka masih sempat untuk makan dan minum.
Selain itu, disunnahkan untuk mengakhirkan sahur bagi umat muslim agar mendapat keberkahan pahala sunnah.
Mengakhirkan waktu sahur berarti adalah melakukan makan sahur hingga di penghujung waktu, dan bersiap masuk ke waktu subuh.
Sehingga saat adzan subuh berkumandang, bisa langsung menunaikan ibadah shalat subuh tepat waktu.