Gridhot.ID - Inilah sosok Nelson Ondi yang dikenal berani menentang KKB Papua.
Baru-baru ini, Nelson Ondi disorot karena dengan tegas menyebut KKB Papua sebagai musuh masyarakat.
Nelson Ondi merupakan seorang tokoh pemuda Papua. Ia juga alumnus Lemhanas.
Nelson saat ini menjabat sebagai Ketua BPD HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Papua.
Mengutip Kompas TV, Nelson menyatakan bahwa musuh masyarakat Papua saat ini adalah KKB Papua dan para elite yang terlibat korupsi.
Korban dari KKB Papua dan elite yang korup, kata Nelson, adalah perempuan dan anak-anak di Papua.
"Banyak korbannya khususnya perempuan dan anak-anak namun tidak terekspos," katanya dalam pernyataan pers, Selasa (21/3/2023).
Menurut Nelson, masalah di Papua memang harus diselesaikan dari akarnya.
Tidak bisa parsial. Memang menyelesaikannya menjadi tantangan tersendiri.
"Kedaulatan Papua dalam bingkai NKRI menjadi tantangan tersendiri. Ketika negara memberikan kepercayaan justru para elite Papua malah menyalahgunakan kekuasaan dan wewenangnya," kata Nelson.
Soal KKB Papua yang terus meneror warga, salah satunya yang kini masih menjadi perhatian adalah penyanderaan pilot Susi Air Kapten Philips Marthen oleh kelompok Egianus Kogoya.
"Apapun bentuk motif di belakang itu harus diungkap secara tuntas. Karena itu upaya penyelamatan yang dipimpin Brigjen JO Sembiring harus kita dukung dan semoga berhasil sehingga semuanya bisa terungkap," kata Nelson.
JO Sembiring adalahDanrem 172/Praja Wira Yakthi, yang mempimpin operasi pembebasan pilot Susi Air yang disandera KKB Papua sejak 7 Februari 2023.
"Ini menjadi harapan dan doa bagi masyarakat Papua. Selama ini masyarakat Papua merasa resah dengan aksi-aksi teroris," kata Nelson.
Sementara dalam masalah korupsi, Nelson melihat kehidupan elite Papua yang hedon.
Masalah korupsi yang melahirkan kelas kakap baru dan gaya hedonisme, menjadi masalah akut lainnya di Papua yang harus dituntaskan.
"Kehidupan elite Papua dari mulai perkotaan, pegunungan hingga pesisir sangat hedon. Justru perilaku seperti ini lebih mengkhawatirkan masa depan Papua," ujarnya
(*)