Tupperware kini sedang meninjau portofolio tenaga kerja dan real estatnya sebagai opsi pemotongan biaya alias efisiensi.
CEO Tupperware Miguel Fernandez mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi posisi modal dan likuiditas kami."
Dia menambahkan, "Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan menangani posisi keuangan kami."
Tupperware juga berjuang untuk menghindari delisting setelah New York Stock Exchange mengeluarkannya dengan peringatan karena tidak mengajukan laporan tahunan.
Data Daily Mail menunjukkan, harga saham Tupperware sudah anjlok 90% selama setahun terakhir.
Bisnis Massachusetts telah berjuang untuk menarik pembeli yang lebih muda dan meyakinkan konsumen bahwa produknya berkelanjutan.
Perusahaan memasukkan bahan yang lebih berkelanjutan seperti kaca dan baja tahan karat dalam rangkaian produknya dan membuat beberapa produk dari limbah plastik campuran bekas yang jika tidak akan berakhir di tempat pembuangan sampah.
Fernandez juga berpendapat bahwa produk Tupperware membantu mengurangi limbah makanan dengan menyediakan tempat penyimpanan sisa makanan.
Dominasi pasar perusahaan selama puluhan tahun telah terancam oleh persaingan dari merek populer lainnya termasuk Rubbermaid, Glad, Pyrex dan Oxo.
Pada tahun 2021, Tupperware memulai perubahan strategis besar dengan membuat kesepakatan dengan Target, pengecer yang populer di kalangan generasi muda.
Perusahaan tersebut sebelumnya menjual produknya hampir seluruhnya secara eksklusif melalui 'pesta Tupperware' atau melalui situs webnya sendiri.