Roem memaparkan fakta yang dia alami sendiri, dulu pemerintah kolonial Belanda menetapkan setiap 1 Ramadan dan 1 Syawal sebagai hari libur.
Tapi libur 1 Ramadan kemudian dihapuskan dan diadakanlah libur Lebaran hari pertama dan hari kedua. Kebijakan Lebaran hari pertama dan hari kedua, yang dikenal seperti sekarang ini, diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk memberi kesempatan libur bagi warga yang Lebarannya jatuh pada hari yang berbeda.
"Untuk menampung kemungkinan adanya Idulfitri yang tidak sama jatuhnya," kata Roem.
Roem juga membantah bahwa adanya perbedaan hari Lebaran itu sebagai perpecahan.
"Selama ini soal awal dan akhir puasa tiap tahun menjadi bahan tukar pikiran. Pada pokoknya berdialog itu baik, tapi jangan ingin mencapai sesuatu yang tidak mungkin," ujarnya.
Nah, kebijakan pemerintah kolonial Belanda itu, bagi Roem sangat bijaksana.
"Maka tiap golongan menurut pahamnya kebagian satu hari libur."
Kebijakan yang diberlakukan jauh sebelum Indonesia merdeka, sebelum Indonesia punya Kementerian Agama itu, dinilai sangat maju.
"Pengertian ini sudah dimiliki oleh pemerintah Hindia Belanda dulu," pungkasnya.
(*)
Source | : | Kompas TV,Serambinews.com |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar