Meski begitu, mereka tidak benar-benar tinggal di tengah hutan melainkan di pinggir hutan yang masih dapat terhubung dengan kota atau desa.
"Supaya masih bisa pindapata atau mengambil makanan atau minuman yang didermakan umat atau masyarakat dari (tempat tinggal) hutan kemudian ke hutan lagi," jelasnya.
Biksu hidup secukupnya
Richard menambahkan, seseorang yang telah menjadi biksu benar-benar mengurangi segala sesuatu yang sifatnya "kedagingan".
Dalam kehidupan sehari-hari, biksu benar-benar menjaga aturan makanan. Mereka tidak memakan makanan yang mengandung gula, minyak, madu, bahkan susu.
Tak hanya itu, mereka juga mengambil barang yang didermakan berdasarkan kebutuhan mereka.
Biksu hanya mengambil barang kebutuhan yang dianggap perlu, seperti odol dan pasta gigi.
Mereka juga hanya memiliki 2 jubah yang setiap hari dicuci secara bergiliran setelah beraktivitas.
Menariknya, mereka cuma menyimpan satu mangkok untuk makanan dan hidup dari satu vihara ke vihara yang lain.
"Jadi kalo transit di suatu tempat begitu, nyampe langsung cepet cuci (jubah), dikeringkan malam itu juga untuk digunakan pagi-pagi besoknya," papar Richard.
"Hidupnya bisa di mana saja. Misalnya ke suatu vihara ada guru mereka belajar ilmu tertentu, ya tinggal bawa peralatan (seperlunya)," pungkasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Candra Mega Sari |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar