Sebab pada paru-parunya telah terdapat banyak racun.
"Mungkin karena adik saya suka minum-minuman botolan, jadinya begitu. Tapi dari dulu memang punya penyakit sesak. Tapi baru pertama kali ini opname," ujar Dewi.
Dewi mengatakan, telah mengikhlaskan kepergian adiknya.
"Kalau tidak terima ia, karena kan masak karena sesak saja meninggal. Tapi mau bagaimana lagi. Mungkin sudah jalan hidup adik saya sampai di sini saja," ujarnya.
Tut Herky lahir pada November 2000. Sejak lahir, ia didiagnosa mengalami keterlambatan tumbuh.
Karena itu, meskipun ia telah hampir usia 23 tahun, fisiknya masih seperti anak usia 10 tahun.
Namun keterbatasan tersebut tak membuat Tut Herky menjadi beban keluarga.
Malahan, Tut Herky menjadi tulang punggung orangtuanya yang menjadi buruh tani.
Dewi mengatakan, semasa hidup, adiknya bersekolah di SLB hingga tingkat SLTA. Dia tidak bisa membaca, tetapi bisa menulis.
Semasa hidupnya, kata dia, Tut Herky selalu bersenang-senang, naik sepeda. Tak jarang, Tut Herky membuat keluarganya terkejut.
"Kami keluarga kadang dibuat terkejut. Pulang-pulang kadang bawa barang mahal, sepeda listrik, katanya dikasih anggota dewan di Badung. Kadang tak habis pikir, kok bisa ya adik saya kenal sama orang-orang gede," ujar Dewi yang telah menikah ke Kabupaten Bangli itu.
Source | : | Tribun-Bali.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar