Hanya dua bulan setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Oppenheimer bertemu dengan Presiden Harry S. Truman di Oval Office untuk membahas keprihatinannya tentang kemungkinan perang nuklir di masa depan dengan Uni Soviet.
Truman menepis kekhawatiran Oppenheimer, meyakinkan fisikawan itu bahwa Soviet tidak akan pernah mampu mengembangkan bom atom.
Marah karena ketidaktahuan presiden, Oppenheimer meremas tangannya dan berkata dengan suara rendah, "Tuan Presiden, saya merasa tangan saya berdarah", ungkapan yang kemungkinan menggambarkan akan banyaknya korban karena bom atom.
Truman sangat marah dengan ucapan ini, dan segera mengakhiri pertemuan tersebut.
Truman menulis pada tahun 1946 bahwa bapak bom atom adalah seorang "ilmuwan cengeng" yang datang ke kantornya sekitar lima atau enam bulan yang lalu dan menghabiskan sebagian besar waktunya meremas-remas tangannya, serta memberitahunya ada darah di tangannya karena penemuan energi atom.
(*)