Selama perjalanan ke Jakarta, Pandi tak diberitahu kondisi sebenarnya bahwa Bripda Ignatius tertembak rekannya sampai tewas.
"Dari keterangan yang diberikan yang kami minta tidak dijawab dengan jelas anak saya itu sakit keras apa? Kecelakaan, atau apa?,"
"Kalau pun kecelakaan kita gak akan khawatir, mungkin dirawat karena butuh perawatan," ucap Pandi.
Setelah sampai di Jakarta, barulah Pandi mendapatkan informasi yang akurat putranya telah tiada.
Polisi menyebut, putranya tertembak tidak sengaja bukan ditembak.
“Setelah tiba baru saya mendapat penjelasan, bahwa anak saya meninggal tertembak, namun bahasa mereka, kejadian ini bukan ditembak, namun tertembak tidak sengaja, karena saat mencabut pistol dari sarungnya, tiba-tiba meledak dan mengenai anak saya. Itu penjelasan dari mereka,” ungkap Pandi.
Pandi mengaku mendengar pernyataan dari polisi sembari merekamnya.
Hal itu dilakukan Pandi agar informasi yang nanti disampaikan kepada keluarga besar tidak diada-ada.
"Saya minta direkam, mereka juga bersedia," sambungnya.
Bripda IMS dan Bripka IG telah diamankan.
Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Jawa Barat juga dilibatkan mendalami soal pelanggaran etik yang terjadi dalam kasus tersebut.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan pun buka suara atas peristiwa yang mencoreng Korps Bhayangkara itu.
“Terhadap tersangka yaitu Saudara Bripda IMS dan Saudara Bripka IG telah diamankan untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan terkait peristiwa tersebut,” kata Ramadhan kepada wartawan, Rabu (26/7/2023).(*)
Source | : | Wartakotalive.com,TribunJakarta.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar