GridHot.ID - Mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa disorot.
Terlebih soal masa lalunya yang ternyata pernah meringkus tangan kanan Osama Bin Laden.
Berikut ini cerita Andika Perkasa soal operasinya meringkus tangan kanan Osama Bin Laden.
Melansir tribun-medan.com, mantan Panglima TNI Andika Perkasa dan istri tak begitu mengubah penampilan meski sudah tidak menjabat Panglima.
Hal ini terlihat dalam aktivitas Andika Perkasa di Mojokerto yang diunggah channel YouTube Korem 082.
Andika dan istri masih mendapatkan pengawalan, ia bahkan masih memegang handy talkie (HT).
Video ini ditonton lebih dari 1,7 juta kali, Andika Perkasa tiba di Mojokerto dengan kaos hijau dan langsung disambut Danrem Kolonel Inf Unang Sudargo.
Di sana Andika Perkasa menyambangi kediaman anggotanya, Mayjen TNI (Purn) Purwo Sudaryanto.
Kehadiran Andika Perkasa memang ditunggu-tunggu karena namanya dikaitkan dengan isu politik jelang Pilpres 2024.
Sampai saat ini Andika Perkasa belum memutuskan akan terjun ke politik atau memilih profesi lain yang jauh dari lingkar pemerintahan.
Dilansir dari Surya.co.id, mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menceritakan detik-detik menantang saat menangkap tangan kanan Osama Bin Laden.
Menurut Andika Perkasa, operasi penangkapan harus ekstra hati-hati.
Karena sasarannya adalah warga sipil sekaligus Warga Negara Asing.
Hal ini diungkapkan Jenderal Andika Perkasa saat hadir dalam program Gaspol! seperti disiarkan di kanal YouTube Kompas.com.
Andika Perkasa mengakui bahwa dirinya terlibat dalam penangkapan anak buah pimpinan Al Qaeda Osama Bin Laden, Omar Al Faruq di Indonesia.
Diketahui, Omar Al Faruq juga merupakan otak di balik pengeboman menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 silam.
Andika saat itu masih menjadi prajurit di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI.
Kontroversi muncul lantaran penangkapan Omar Al Faruq juga melibatkan Kopassus, padahal itu adalah operasi Badan Intelijen Negara (BIN).
"Ya, itu benar dan itu adalah sebuah operasi," ujar Andika Perkasa.
Andika menjelaskan, saat itu BIN mendeteksi jaringan Al Qaeda sudah masuk ke Indonesia.
Untuk mencari buktinya, dibentuk tim kecil. Kemudian, operasi tersebut berada di bawah kendali BIN.
Menurut Andika, dari operasi tersebut, dibentuk tim kecil yang melibatkan Kopassus.
"Kebetulan saya waktu itu di Kopassus. Kemudian, operasi di bawah kendali Badan Intelijen Negara, yang sampai sekarang juga masih terus dilakukan. Iya (sinergitas)," katanya.
Pada akhir 2001, Andika bergabung ke dalam operasi yang dilakukan oleh BIN itu. Tetapi, ia berhenti dari operasi tersebut pada pertengahan 2003.
Dalam penyelidikan secara tertutup tersebut, ditemukan fakta bahwa Omar Al Faruq memang benar terlibat.
"Keterlibatannya persisnya apa, saya lupa. Tetapi terlibat dalam salah satu plot, merupakan jaringan. Mereka ini kan juga bukan orang Indonesia.
Mereka ini orang dari Timur Tengah semua ini, sehingga akhirnya kita tangkap, kemudian dideportasi," ujar Andika.
Terkait kenapa Omar Al Faruq tinggal di Bogor ketika ditangkap, Andika mengaku tidak tahu alasannya.
Lagipula, bisa saja Omar Al Faruq dan kawan-kawan sedang merencanakan sesuatu berskala dunia, sehingga mereka punya jaringan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
"Kita enggak terlalu tahu, yang penting bagian Omar Al Faruq ini memang ada keterkaitannya secara langsung," katanya.
Menurut Andika Perkasa, penangkapan yang dilakukan terhadap Omar Al Faruq saat itu cukup menantang. Andika mengungkapkan, situasi ketika menangkap Omar Al Faruq berbeda dengan penangkapan terhadap penjahat lain.
Sebab, Omar Al Faruq bukan merupakan warga negara Indonesia (WNI), sehingga diperlukan kehati-hatian dalam menangkap tangan kanan Osama Bin Laden tersebut.
"Karena kebetulan mungkin dari dulu, dari dulu saya punya disiplin. Intinya bahwa kita enggak boleh melakukan apa pun selama tidak perlu. Dan enggak boleh melanggar hukum.
Jadi sasarannya adalah masyarakat sipil yang kebetulan bukan warga negara Indonesia. Jadi kita harus ekstra hati-hati. Karena mereka kan pasti pintar," ujar Andika.
Berikut video selengkapnya:
Berikut selengkapnya profil dan biodata Jenderal Andika Perkasa.
1. Gelarnya panjang
Andika Perkasa lahir di Bandung, Jawa Barat pada 21 Desember 1964.
Andika merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1987.
Andika menjadi jenderal TNI yang memiliki gelar akademik sangat panjang.
Di belakang namanya tercantum titel S.E., M.A., M.Sc., M.Phil., Ph.D.
Dikutip dari wikipedia, Andika adalah lulusan The Military College of Vermont, Norwich University (Northfield, Vermont, USA), National War College, National Defense University (Washington D.C., USA).
Dia juga lulus dari kampus ternama lainnya, Harvard University (Massachusetts, USA) dan The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, The George Washington University (Washington D.C., USA).
Selain pendidikan umum, Andika yang lulus Akademi Militer tahun 1987 ini mengikuti Sesarcab Infanteri, Pendidikan KomandoSekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000), Sesko TNI hingga Lemhannas RI
2. Karir Moncer
Andika Perkasa ialah perwira TNI dengan segudang prestasi.
Dikutip dari Tribunnews (grup Surya.co.id), Kamis (22/11/2018) rekam jejak militernya dimulai ketika lulus Akademi Militer (Akmil) tahun 1987.
Setelahnya Andika menjalani pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000).
Andika kemudian bergabung dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Karirnya di Korps Baret Merah sangat cemerlang.
Ia pernah menjabat sebagai Komandan Peleton (Danton) Grup 2/Para Komando Kopassus (1987), Komandan Unit 3 Grup 2/Para Komando Kopassus (1987) hingga Komandan Tim 3 Sat Gultor 81 (1995).
Karir militer Andika sangat panjang dan cemerlang hingga terakhir dirinya menjabat sebagai Pangkostrad.
3. Menantu mantan Kepala BIN
Mertua Andika Perkasa bukan orang sembarangan.
Ternyata ia adalah menantu dari mantan Kepala BIN AM Hendropriyono.
Sang istri, Diah Erwiany merupakan putri dari mantan Kepala BIN.
AM Hendropriyono dikenal sebagai penuntas insiden bersejarah, Peristiwa Talangsari 1989.
Kala itu, AM Hendropriyono berhasil menindak potensi radikalisme dari Kelompok Warsidi di Talangsari, Lampung.
Keandalannya dalam berbagai operasi pertempuran membuat AM Hendropriyono dipercaya sebagai Kepala BIN.
Tidak hanya mengurus bawahannya di BIN, ia pun membentuk regenerasi melalui pendirian Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).
Selain sekolah, AM Hendropriyono pun menggagas Sumpah Intelijen, Mars Intelijen, hingga logonya.
Dalam pendidikan, AM Hendropriyono bahkan menerangkan intelijen sebagai ilmu.
Sepak terjangnya ini menjadikan AM Hendropriyono menjadi tokoh militer dan intelijen ternama.
Ia bahkan dinobatkan sebagai guru besar intelijen pada 2014.
Hal itu membuat AM Hendropriyono menjadi profesor intelijen pertama di dunia.(*)