Pasalnya dari olah TKP tidak ditemukan barang bukti pemantik api, di lokasi hanya ditemukan sebilah pisau, baju dan celana korban yang terbakar, map terbakar, satu tutup botol, dan abu sisa kebakaran.
"Puslabfor masih bekerja. Hari ini mereka baru turun, jadi saya minta bersabar karena ini harus dijelaskan secara scientific. Jadi tidak bisa hanya dengan dugaan, asumsi," ujarnya.
Sementara terkait pisau, Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur belum dapat memastikan apakah pisau yang ditemukan di lokasi milik korban atau sudah berada di lokasi sebelum kejadian.
Leonardus meminta publik menunggu seluruh rangkaian penyelidikan rampung sehingga pihaknya dapat memastikan kronologis sebelum korban berada di lokasi hingga meninggal dunia.
"Belum bisa mengidentifikasi terkait pisau, ini kepemilikan apakah memang sudah ada di sana atau dibawa oleh korban. Ini belum bisa kami pastikan karena sidik jari sudah rusak karena terbakar," tuturnya.
Dilansir dari Kompas.com, tim kedokteran forensik di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, menemukan jelaga di tenggorokan CHR (16), anak Perwira Menengah (Pamen) TNI AU.
Jasad CHR ditemukan dalam keadaan terpanggang di Pos Spion, Ujung Landasan 24, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (24/9/2023) malam.
"Dari hasil pemeriksaan secara laboratoris, pada tenggorokannya terdapat jelaga," kata Kepala Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Brigjen Pol Hariyanto kepada Kompas.com di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa (26/9/2023).
Berdasarkan hasil otopsi yang dilakukan pada Senin (25/9/2023) pagi, pihak kedokteran forensik juga menemukan tanda-tanda penganiayaan pada korban.
"Dari hasil otopsi, memang kami dapatkan tanda-tanda penganiayaan. Tanda-tanda penganiayaan berupa luka-luka (bacok) pada dada," terang Hariyanto.
Dokter forensik menduga, saat mulai kehabisan darah dari luka bacokan yang cukup parah atau dalam kondisi sekarat, CHR sempat menghirup asap dari api yang melahapnya.