Dilansir dari berbagai sumber, sebelum menjadi ahli spiritual, Gus Samsudin merupakan pedagang rongsokan atau jual beli besi tua di Rejowinangun.
Bisnis itu pun berkembang pesat meski pernah bergesekan dengan warga sekitar karena bau yang ditimbulkan.
Dirinya juga bukan warga asli Rejowinangun, melainkan pendatang dari Lampung.
Dirinya dulu pernah disebut sebagai santri gendeng.
Hal itu karena ia sempat mendalami ilmu agama Islam di Pondok Condro Mowo Giri Mulyo, Jogo Rogo, Ngawi.
Tidak ada yang mengetahui latar belakang dari Samsudin, hingga akhirnya ia dipanggi Gus dan sudah memiliki ratusan pengikut.
Awalnya ia membentuk kelompok sholawat Al Laduni dan memiliki sejumlah pengikut.
Kelompok itu melakukan kegiatan olah kanuragan ilmu kebal bacok.
Lalu dirinya merambah dunia pengobatan altenatif hingga membuatnya terkenal seperti sekarang.
Kemudian ia mendirikan Padepokan Nur Dzat Sejati di Rejowinangun di lahan seluas 2 hektare, yang berlokasi di Desa Rejowinangun, RT 02/04, Kecamatan Kademangan, Blitar, Jawa Timur.
Gus Samsudin memilik dua orang istri dan memiliki 4 orang anak. Dari istri pertama, ia memiliki 3 orang anak.