"Kami telah mengambil langkah-langkah investigasi dengan mengumpulkan keterangan dari saksi dan keluarga korban," ujar Satria di Samarinda, Selasa (19/4/2024). Satria menerangkan, hasil autopsi menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
"Korban diperkirakan meninggal karena lemas," tambahnya, menegaskan bahwa kematian terjadi lima hari sebelum mayat ditemukan di gudang apotek Kimia Farma.
Satria menyebut pihaknya telah memeriksa semua karyawan dan enam saksi.
Namun, kata Satria, sampai saat ini belum ada bukti yang mengarah pada tindak pidana atau kematian yang tidak wajar. "Kami sedang melakukan pendalaman kasus ini, termasuk memeriksa kemungkinan adanya data yang terhapus dalam sistem penyimpanan pada kamera pengawas (CCTV)," ujar Satria. Menurut keterangan saksi, korban awalnya berada di RSJ Atma Husada Mahakam Samarinda bersama suaminya untuk mendapatkan perawatan.
Saat menunggu obat, korban mengeluh kehausan, yang membuat suaminya keluar sejenak untuk membeli minuman.
Namun, ketika suami kembali, korban telah menghilang bersama obat yang diberikan oleh rumah sakit. Pencarian yang dilakukan oleh suami korban di sekitar apotek dan satpam rumah sakit tidak membuahkan hasil.
Beberapa hari kemudian, pada tanggal 18 Februari 2024, mayat korban kemudian ditemukan di gudang Kimia Farma. Satriamenambahkan, bahwa sampai saat ini belum ada kendala dalam penyelidikan. Pihaknya belum menemukan indikasi bahwa korban bertemu dengan seseorang sebelum kejadian. "Kami masih melengkapi berbagai aspek dalam penyelidikan ini dan berharap doa dari masyarakat agar fakta sebenarnya dapat terungkap," ungkapnya. Pihak kepolisian juga menerangkan bahwa hingga kini belum ditemukan unsur pidana dalam kasus ini.
Kasus ini masih dalam tahap pengembangan dan penyelidikan lebih lanjut, termasuk pemeriksaan digital forensik terkait rekaman kamera pengawas untuk menentukan apakah ada data yang dihapus atau terhapus secara otomatis dalam sistem.
(*)