Hal itu dilakukannya untuk mencegah risiko bagi ayahnya.
Demianus yang bersekolah di Paniai dulu bercita-cita ingin menjadi Tentara Perdamaian.
Namun situasi dan keamanan yang tidak kondusif membuat mimpinya kandas.
Demianus mengenang, cita-citanya gagal tercapai bukan karena ia malas bersekolah, namun karena keselamatan dirinya selalu terancam.
Ia mengatakan apa yang dialaminya juga dirasakan oleh anak keturunan para tokoh OPM dan TPN lainnya.
"Di daerah lain di Papua, yang menyaksikan konflik hingga keluarga mereka tewas akibat ditembak aparat, juga merasakan hal seperti yang saya alami," katanya.
Demianus meyakini, sepanjang Indonesia masih menduduki Papua, Orang Asli Papua (OAP), khususnya anak-anak para tokoh OPM, tidak akan pernah mengalami hidup yang baik.
Demianus merasa, semenjak tahun 1961 hingga sekarang pemerintah Indonesia belum menganggap Orang Asli Papua sebagai bagian dari Indonesia.
Di pihak lain, TPNPB juga belum beranggapan bahwa Papua dan Orang Asli Papua adalah bagian dari Indonesia.
(*)