Siang itu saat kami tengah ngobrol, telpon dari Arab masuk dan itu dari penjara.
Tuti memberi kabar bahwa dia sehat dan ibunya bercerita tentang kunjungan kami yang datang untuk memberikan dukungan.
Jam menunjukkan pukul 15.30 dan kami pamitan karena harus mengejar kereta terakhir ke Jakarta melalui stasiun Cirebon.
Dari Majalengka membutuhkan 2,5 jam plus 30 menit untuk makan siang yang lumayan udah telat.
Tiga toples kue kering dan air mineral yang dihidangkan di meja tamu rumah Tuti tak tersentuh sedikitpun karena semua orang larut pada kesedihan.
Cat dinding rumah warna pink jadi tidak nampak segar karena suasana.
Saat pamitan saya memeluknya lama, air matanya tumpah menjadi-jadi menetes di baju saya.
Baca Juga : Main Film Dilan 1991, Vanesha Prescilla Membiasakan Diri dengan Hair Extension
Yang kuat ya bu Iti, pemerintah tengah mengajukan PK, semoga dikabulkan.
Dan masyarakat sipil seperti kami juga bisa mengawal prosesnya dan mengambil peran people to people diplomacy.
Majalengka, 5 September 2018
Anis Hidayah"
Menanggapi kasus ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah melayangkan protes kepada Arab Saudi, dilansir dari Kompas.com.
Retno Marsudi telah memanggil Dubes Arab Saudi untuk Indonesia di Bali untuk membicarakan concern masalah eksekusi TKI.
Seharusnya, pelaksanaan eksekusi mati terhadap buruh migran dilakukan setidaknya setelah ada pemberitahuan kekonsuleran terhadap pemerintah di negara asal TKI.
Tuti Tursilawati merupakan tenaga kerja Indonesia asal Desa Cikeusik, Majalengka, Jawa Barat.
Tuti divonis mati oleh pengadilan di Arab Saudi pada Juni 2011 dengan tuduhan membunuh majikannya.
Nisma Abdullah, Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia yang mendampingi kasus itu sejak awal, mengatakan, pembunuhan itu tak disengaja lantaran Tuti membela diri dari upaya pemerkosaan majikannya.
Selama bekerja di rumah majikan itu, menurut Nisma, Tuti kerap mendapat pelecehan seksual hingga pemerkosaan.
(*)
Source | : | Kompas.com,Facebook Anis Hidayah,Twitter/Wahyu Susilo |
Penulis | : | Chandra Wulan |
Editor | : | Chandra Wulan |
Komentar