Find Us On Social Media :

Tak Laku di Indonesia, Karya Sastra Pensiunan Guru Asal Bali Ini Malah Jadi Koleksi Perpustakaan Belanda

Tak Laku di Indonesia, Karya Sastra Pensiunan Guru Asal Bali Ini Malah Jadi Koleksi Perpustakaan Belanda

Namun sejak beliau meninggal tahun 2005, saya menerbitkan pakai uang sendiri," katanya.

Setiap terbit majalah ini, I Nyoman Manda mengeluarkan uang sebesar Rp 2,4 juta.

Baca Juga : BERITA DUKA: Ibunda Roger Danuarta Meninggal Dunia

Belum lagi untuk menerbitkan buku, yang dalam setahun ia bisa menerbitkan enam buku.

Selain kendala biaya, Manda juga terkendala dalam hal penjualan buku karena memang buku berbahasa Bali, khususnya yang bergenre sastra Bali modern, memang tidak banyak yang membeli.

"Setiap menerbitkan buku, tidak berani menerbitkan banyak-banyak, paling 100 eksemplar saja. Tidak ada yang beli, yang beli hanya mahasiswa yang mau kerjakan skripsi," keluhnya.

Saat ini, kata I Nyoman Manda, banyak mahasiswa yang datang untuk membuat skripsi tentang novel karyanya.

Baca Juga : Polisi Kesulitan Mencari Cara Ambil Jenazah Turis Amerika di Pulau Sentinel, Ahli Sarankan Lakukan Hal Ini untuk Berinteraksi dengan Suku Sentinel

Hal ini lantaran tak banyak penulis novel berbahasa Bali yang aktif di Bali.

"Novel baru banyak yang beli, tapi itupun mahasiswa untuk skiripsi.

Makanya saya punya banyak skripsi di rumah.

Mahasiswa yang skripsian ngasi saya kamben makanan sehingga nama saya banyak tercantum di dalam skripsi mahasiswa Bahasa Bali di Unud, Unhi, IHDN, juga Undiksha," katanya.