Find Us On Social Media :

Digiring dengan Kondisi Tangan Terikat Hingga Disekap Tanpa Busana Pada Suhu Dingin, Berikut 4 Rentetan Kekejaman KKB terhadap Pekerja di Nduga

Kisah Perjuangan Pasukan TNI Taklukkan Puncak Kabo untuk Evakuasi Korban Keganasan KKB, Harus Lewati

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Jimmi Aritonang merupakan salah satu pekerja PT Istaka Karya yang berhasil selamat dari tragedi pembantaian yang dilakukan oleh KKB pada 2 Desember 2018 lalu.

Kini Jimmi Aritonang telah dievakuasi.

Sebelumnya, Jimmi Aritonang menjadi salah satu pekerja pembangunan jembatan di Nduga yang dikabarkan tewas karena dibantai oleh kelompok separatis, KKB.

Berkat bantuan banyak pihak, akhirnya tim Kompas.com berhasil menghubungi Jimmy Rajagukguk (Aritonang) yang selamat dari pembantaian itu.

Dalam wawancara itu, Jimmy menceritakan apa yang dialami oleh para pekerja pembangunan jembatan di Nduga, Papua pada Minggu (2/12/2018) WIT di dalam kamp PT Istaka Karya.

Jimmy menceritakan berbagai bentuk kekejaman yang dilakukan KKB terhadap para pekerja pembangunan jembatan Jalan Trans Papua di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Berikut adalah rentetan kekejaman KKB terhadap para korban pembantaian yang berhasil dihimpun Gridhot.ID.

Baca Juga : Adiknya Nyaris Jadi Korban Penembakan KKB di Nduga, Papua, Maspupah Berharap Irawan Maulana Segera Pulang dan Berkumpul Bersama Keluarga

1. Pintu didobrak para korban disuruh berbaris

Peristiwa berdarah itu bermula ketika para karyawan mengetahui adanya upacara yang dilakukan KKSB tak jauh dari lokasi kamp pada Sabtu (1/12/2018).

Saat itu, belasan pegawai PT Istaka Karya berada di dalam salah satu ruangan kantor dan tengah berkumpul sambil bermain kartu domino untuk sekedar menghabiskan waktu istirahat.

Kira-kira, sekitar pukul 15.00 WIT.

Tiba-tiba, beberapa anggota KKB datang dengan membawa senjata api dan senjata tajam mendobrak pintu kantor dan kamar kamp lainnya.

Para pegawai sempat menolak membuka pintu dan melakukan perlawanan.

Namun, lantaran anggota KKB membawa senjata api dengan jumlah anggota yang cukup banyak, akhirnya mereka pun tak bisa melawan dan hendak melarikan diri.

Setelah pintu didobrak dan 24 anggota PT Istaka Karya beserta 1 pegawai PUPR menyerah, mereka dikumpulkan dan disuruh berbaris.

Baca Juga : 6 Fakta di Balik Pertempuran Aparat dengan KKB di Puncak Kabo: Helikopter TNI Diserang Hingga Penemuan 15 Jenazah

Setelah itu, KKB bertanya tentang siapa pimpinan mereka hingga akhirnya dibawa ke Puncak Kabo.

2. Disekap tanpa baju pada cuaca dingin

Tanpa menggunakan sepatu atau sandal (kaki ayam) dan badan telanjang tanpa mengenakan baju, seluruh pekerja pembangunan jembatan di Kali Yigi pergi menuju Puncak Kabo.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, untuk menuju puncak Kabo harus melewati medan yang berat.

Yakni jalanan hutan yang menanjak dan dipenuhi dengan batu kerikil yang tajam.

“Awalnya kami akan ke Puncak Kabo. Namun, setelah kira-kira 2 jam berjalan kaki, KKB ini meminta berhenti dan mengikat kami semua. Katanya mereka menunggu bos kami Jonny Arung (korban yang saat ini belum ditemukan). Jonny adalah bos kami di lapangan. Dia juga bagian Humas di PT Istaka Karya,” kisah Jimmy.

Dua teman Jimmy yang bernama Emmanuel BN Bano dan Efrandi P Hutagaol yang telah ditemukan meninggal sempat mencoba hubungi bos mereka namun tak ada jawaban.

Baca Juga : Kisah Perjuangan Pasukan TNI Taklukkan Puncak Kabo untuk Evakuasi Korban Keganasan KKB, Baku Tembak dan Harus Lewati Medan Berat

Sementara itu, Jonny Arung bersama seorang pendeta dan dua anggota masyarakat mendatangi lokasi upacara adat bakar batu untuk meminta KKB melepaskan seluruh karyawan PT Istaka Karya.

Setelah dua jam dibiarkan menunggu, ikatan yang melilit tangan para karyawan dilepas dan kemudian mereka disekap di salah satu kamp yang berada di Karunggame.

Di sana, para karyawan disekap pada malam hari tanpa busana dengan cuaca sangat dingin dan dibangunkan keesokan harinya sekitar pukul 06.00 WIT untuk kembali menempuh perjalanan ke Puncak Kabo.

Setelah dua jam, akhirnya KKB dan para karyawan tiba di Puncak Kabo.

Setibanya di sana, para karyawan kembali diikat, disekap, disiksa dan dieksekusi di depan mata Jimmy.

3. Diminta mengaku jadi TNI

Di Puncak Kabo, para karyawan yang masih dalam keadaan diikat diminta untuk jongkok.

Baca Juga : Mengenal Raider Kostrad, Pasukan Elit Pemburu KKB yang Diduga Membantai 31 Pekerja Pembangunan Jembatan di Nduga, Papua

Bahkan beberapa di antara mereka juga harus menjalani syuting video untuk mengaku sebagai anggota TNI.

Menurut Jimmy, saat itu ada tiga orang rekannya yang merasa ketakutan lantaran diancam akan dibunuh dan terpaksa mengaku sebagai anggota TNI dari Kopassus, BIN atau Bais.

Selain dipaksa mengaku jadi anggota TNI, ketiganya juga dipaksa menenteng senjata laras panjang milik KKB sembari mengaku berasal dari anggota TNI.

Namun, Jimmy tidak mengetahui apa maksud dan tujuan para KKB melakukan hal tersebut.

Jimmy mengaku bahwa diirnya hanya bisa berdoa agar Tuhan memberi perlindungan.

4. Dieksekusi mati

Tak lama setelah dipaksa mengaku sebagai TNI, para karyawan dijadikan satu dan ditembak dengan jarak kurang lebih dua meter dengan menggunakan enam pucuk senjata laras panjang dan tiga pistol.

Baca Juga : Setelah Tragedi Pembantaian 31 Pekerja Jembatan di Nduga, Kini KKB Diduga Kembali Serang Pos TNI di Distrik Mbua, Papua

“Senjata itu digunakan untuk menembak kami. Ada tari-tarian yang mereka lakukan. Lalu mereka menembak sambil mengelilingi dan menari. Saat itu, tembakan mereka jadi tidak terarah dan ada di antara kami yang tidak kena tembak, termasuk saya. Namun, kami semua pura-pura mati,” tuturnya.

“Jadi, di dekat lokasi eksekusi, mereka menggali tanah dan menancapkan kayu. Di kayu itu ada sebuah surat yang mereka letakkan di sebuah tas noken. Kemudian mereka pergi meninggalkan kami begitu saja dengan naik ke bukit. Mereka berpikir kami semua sudah mati,” tuturnya. (*)