Find Us On Social Media :

China Uji Coba 'Induk dari Segala Bom', Hanya Kekuatan Ledakan Nuklir yang Mampu Menandinginya

Bom milik China yang dijuluki 'Mother of All Bombs' (MoAB)

GridHot.ID - China telah menguji coba senjata non-nuklir terkuat yang pernah dibuatnya.

Disebut Mother of All Bombs (MoAB) atau Induk dari Segala Bom.

Dalam video singkat yang diunggah oleh situs manufaktur senjata Norinco, MoAB dijatuhkan di sebuah padang dan menghasilkan awan berbentuk bola api raksasa dan berisi asap hitam.

Kekuatan bom ini sangat besar.

Baca Juga : Pertamina Turunkan Harga BBM Non Subsidi Pertalite Hingga Pertamax Turbo, Berikut Daftar Harga Barunya!

Satu-satunya bom yang menandingi kekuatannya ialah bom nuklir.

Dalam sejarah, bom nuklir digunakan untuk menghancurkan Hiroshima di Jepang pada 6 Agustus 1945, dilansir dari Business Insider.

Bom yang dinamai 'Little Boy' ini membunuh sekitar 70.000 jiwa.

Dalam waktu lima tahun setelahnya, korban jiwa mencapai 200.000 orang akibat radiasi nuklir.

Baca Juga : Lowongan Kerja Perum Bulog untuk Lulusan SMK hingga S1, Dibuka 7-13 Januari 2019

Tiga hari setelah bom Hiroshima, sebuah bom dijatuhkan di Nagasaki, berjuluk 'Fat Man' dengan ledakan berkekuatan 40% lebih besar dibandingkan Little Boy.

Bom nuklir Nagasaki membunuh 40.000 jiwa pada hari itu.

Dalam rentang waktu lima tahun setelahnya, diperkirakan 140.000 jiwa melayang akibat paparan radiasi.

Dua bom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki bukan bom terbesar yang pernah dimiliki Amerika Serikat.

Baca Juga : Sempat Panik dan Bingung, Pelaku Bawa Jenazah Istrinya yang Dibunuh Keliling 3 Kota

AS punya bom hidrogen bernama Castle Bravo dengan kekuatan ledakan 15 juta ton TNT.

Bandingkan dengan Little Boy yang hanya 18.600 ton TNT.

Dilansir dari Channel News Asia, tidak ada rincian tanggal dan lokasi di mana bom MoAB China diuji coba.

Pada tahun 2017, Amerika Serikat menjatuhkan MoAB miliknya sendiri di Afghanistan.

Baca Juga : Ketika Anggota Kopassus Menyaru Jadi Pedagang Durian, Ia Menyusup ke GAM Tanpa Ketahuan

Bom itu dijatuhkan untuk menghancurkan terowongan yang digunakan ISIS untuk bersembunyi di timur Afghanistan.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku bangga atas pencapaian tersebut.

Ia memberi selamat pada tentara AS yang bertugas di Afghanistan.

Analis militer Wei Dongxu mengungkapkan, bom milik China berukuran panjang 5-6 meter.

Namun, bobotnya lebih ringan dibandingkan milik Amerika.

"Ledakannya dapat dengan mudah menghancurkan benteng pertahanan di darat," kata Wei kepada Global Times, Jumat (4/1/2019).

(*)