Find Us On Social Media :

Temuan Terbaru Aksi Teror di Rumah Dua Pimpinan KPK, dari Paku 7 Sentimeter Hingga Pria Misterius

Rumah Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif di Jalan Kalibata Selatan Nomor 42, Jakarta Selatan, di

GridHot.ID - Rumah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo jadi sasaran aksi terorisme, Rabu (9/1).

Dilansir dari antaranews.com, polisi telah menemukan beberapa barang bukti terkait aksi teror tersebut.

Barang bukti itu di antaranya pipa paralon, detonator, sekring, kabel warna kuning, paku ukuran 7 sentimeter, serbuk putih, baterai dan tas.

Semua berawal dari penemuan benda mencurigakan di pagar kediaman Agus.

Baca Juga : Tetap Setia Temani Sang Suami yang Terbaring Sakit, Istri Pertama Ustaz Arifin Ilham Ternyata Putri Ulama Aceh yang Jago Memanah dan Berkuda

Sebuah tas tersangkut di pagar rumahnya, di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat.

Benda itu ditemukan oleh ajudan pribadi Agus sekitar pukul 05.30 saat melintas di sekitar TKP.

Hingga kini, pelaku aksi teror belum ditemukan.

Sebelumnya juga rumah Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal.

Baca Juga : Jadi Karyawan Sehari, Dita Soedarjo Komplain Setelah Ngepel: Ikhlas Itu Ibarat Keset!

Rumah Laode M. Syarif berada di Jalan Kalibata Selatan, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.

Aksi pelemparan bom molotov diduga terjadi pada Rabu (9/1) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB.

Terdapat bekas ledakan di dinding teras rumah Laode pasca aksi pelemparan bom.

Wadah Pegawai KPK mengecam teror bom rakitan yang ditujukan ke rumah dua pimpinan KPK tersebut.

Baca Juga : Ngaku Setiap Hari Makan Gorengan dan Minum Air Es, Titi Wati Kini Hanya Bisa Terbaring Karena Obesitas

"Kami Wadah Pegawai mengecam dan mengutuk upaya teror terhadap pimpinan kami yang dilakukan di rumah mereka," kata Ketua Wadah Pegawai (WP) KPK Yudi Purnomo Harahap di Jakarta, Rabu (9/1) dilansir dari Antara News.

"Kami meyakini tindakan teror ini merupakan upaya untuk menimbulkan rasa takut dan gentar di hati pimpinan dan pegawai KPK agar berhenti menangkapi koruptor dan menciptakan Indonesia bersih korupsi," tambahnya.

Temuan terbaru, seorang pria tak dikenal sempat menanyakan rumah Laode M. Syarif sebelum insiden pelemparan bom molotov terjadi.

Tetangga Laode, Arum yang berjualan barang kelontong sehari-hari, mengaku bahwa pria itu berkulit putih dan berpostur tegap.

Baca Juga : Tanggung Malu di Hari Pernikahan, Pasangan Pengantin di Palembang Salami 1000 Tamu Undangan Sambil Minta Maaf Tak Ada Makanan

Pria itu menanyakan alamat Laode sekitar sebulan lalu.

"Orangnya putih, tetapi mukanya kurang jelas. Pakai topi, hidungnya mancung," kata Arum saat ditemui di tokonya, Jalan Kalibata Selatan, Jakarta, Rabu (9/1) dilansir dari Antara News.

Anehnya, pria itu juga menanyakan nama petinggi KPK yang menghuni rumah di Jalan Kalibata Selatan No. 42 C itu.

"Tidak saya kasih tahu. Waktu ditanya, saya hanya bilang, iya rumahnya orang KPK. Tapi kalau namanya, saya bilang ke dia kurang tahu siapa,"kata Arum.

Baca Juga : 7 Fakta Pembunuhan Siswi SMK di Bogor, Dikuntit Terlebih Dahulu Sebelum Dihabisi

Pria itu juga menunjukkan gelagat mencurigakan saat salah satu ajudan Laode datang untuk membeli rokok.

"Dia (pria itu) langsung kabur saat pengawalnya bapak (Laode) datang (ke warung) beli rokok," terang Arum.

Mantan Ketua KPK Antasari Azhar prihatin terhadap aksi teror tersebut.

"Astaghfirullah, KPK kok masih diserang terus sih? Saya pikir dengan memenjarakan saya selesai, rupanya masih ada juga," kata Antasari di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (9/1/2019), dilansir dari Kompas.com.

Antasari mengatakan, teror seperti ini memang kerap diterima jajaran KPK sejak dulu, termasuk terhadap dirinya.

Baca Juga : Bocorkan Sosok Penyanyi Wanita Terkenal yang Diprediksi Akan Terseret Kasus Vanessa Angel, Wirang Birawa: Baru Saja Lamaran

Ia merasa dikriminalisasi atas kasus pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen.

Namun, ia berpesan kepada seluruh jajaran KPK untuk tidak takut menghadapi teror dan intimidasi.

Ia yakin, KPK tak bisa diteror.

"Dulu waktu saya masuk (penjara), saya katakan walau saya masuk hari ini, berantas korupsi jangan berhenti. Jalan terus, makanya KPK tidak bisa diteror, KPK tidak akan bisa diteror," kata Antasari.

Menurut dia, teror yang dialami penyidik atau pimpinan KPK biasanya berkaitan dengan kasus tertentu yang sedang ditangani lembaga tersebut.

"Mungkin ada yang mau dibuat KPK, mereka tahu sehingga melakukan tindakan seperti ini, sehingga KPK tidak bergerak. Bisa saja, kan," kata dia.

(*)