Find Us On Social Media :

Tanggapi Aksi Anarkis Gerombolan Baju Hitam di Peringatan May Day Bandung, Ridwan Kamil: Pelajar yang Hanya Ikut-ikutan Saja

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil angkat bicara pasca terjadinya aksi ricuh yang mewarnai peringatan May Day di Bandung.

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo

Gridhot.ID - Seluruh dunia baru saja usai memperingati May Day, atau dikenal dengan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2019 kemarin.

Pada peringatan May Day tak jarang beberapa kelompok pekerja buruh dari belahan negara manapun melakukan aksi demonstrasi untuk menuntut hak-haknya yang dirasa kurang.

Aksi demonstrasi dalam peringatan May Day pun dilakukan dengan berbagai macam cara.

Baca Juga : Jokowi Bakal Pindahkan Ibu Kota Indonesia ke Luar Jawa, Siap Siap Bedhol Pemerintahan

Ada yang melakukannya dengan tertib dan ada pula yang melakukannya dengan ekstrem bahkan sampai berujung pada bentrokan masa.

Di Indonesia, tepatnya di Kota Bandung, pada saat peringatan May Day pada tanggal 1 Mei 2019 kemarin sempat diwarnai dengan aksi ricuh.

Aksi ricuh ini berawal dari sekelompok pemuda berpakaian serba hitam yang ikut dalam aksi demonstrasi melakukan tindakan anarkis dan vandalisme di tengah peringatan May Day di Gedung Sate, Bandung.

Baca Juga : Ibunya Meninggal Karena Jadi Petugas KPPS Pemilu 2019, Bocah SMP Ini Sekarang Jadi Yatim Piatu

Selain itu, selompok berbaju hitam tersebut juga merusak beberapa fasilitas publik dan warga.

Terlebih mereka juga mencoreti kendaraan para buruh yang sedang menggelar aksi di depan Gedung Sate.

Dilansir Gridhot.ID dari Kompas, Rabu (1/5/2019) aparat kepolisian masih mendalami motif di balik kehadiran sekelompok pemuda berbaju serba hitam-hitam di sela peringatan May Day.

Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Irman Sugema mengatakan para pemuda itu merupakan kelompok terselubung.

Baca Juga : Gara-gara Foto Wifie, Jubir BPN Dahnil Anzar Ketahuan Pakai Motor Bodong

Kelompok itu beraksi dengan memanfaatkan kehadiran para buruh yang datang ke Bandung.

Usut punya usut, rupanya kelompok pemuda serba hitam tersebut bukan dari serikat buruh.

"Motifnya sedang didalami karena mereka seperti terselubung. Kami akan panggil pimpinan kelompoknya."

Baca Juga : Bongkar Kebohongan Pengemis Tak Berkaki di Pinggir Jalan, Anggota TNI: Kamu Itu Tidak Mensyukuri Nikmat

"Ini ada kelompok pelajar, mahasiswa, pengangguran, ini tentu jadi perhatian untuk ditindaklanjuti," ujar Irman.

Kelompok berpakaian hitam-hitam penyebab kericuhan akhirnya berhasil diamankan pihak kepolisian.

Sebelumnya, mereka sempat digelandang di Mapolrestabes Bandung dan digunduli sebagai bentuk pembinaan.

Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Mochamad Rifai menuturkan jika polisi menemukan sejumlah senjata tajam, cat semprot, double stick, dan minuman beralkohol.

Baca Juga : Penghargaan untuk Brigadir Teuku Putra Usai Bertugas Jaga Kotak Suara Sambil Gendong Buah Hatinya

"Mereka bukan kelompok buruh, tapi mereka masuk menyusupi untuk melakukan tindakan anarkis di jalan."

"Dan ada beberapa tempat dan TKP yang sudah mereka lakukan perusakan terhadap mobil, sepeda motor maupun pemukulan terhadap masyarakat," tutur Rifai.

Melihat peristiwa ricuh ini, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut menyebut aksi dari kelompok remaja "baju hitam" tak punya relevansi dilakukan di Indonesia.

Baca Juga : Viral Potret Tukang Bensin Eceran Bermodal Nekat Jajakan Dagangannya di Depan Pintu Masuk SPBU

Dilansir dari Kompas.com (2/5/2019), Ridwan juga menjelaskan bahwa sebenarnya sejarah dari gerakan May Day adalah bentuk perlawanan terhadap negara fasis dan tak punya benang merah untuk dilakukan di negara demokrasi seperti Indonesia.

"Kalau kita lihat sejarah gerakan ini kan melawan pemerintah yang fasis, kan istilahnya begitu. Seperti di Spanyol mungkin, dulu mah kan jelas diktator. Sekarang mah kan demokratis, pemimpinnya dipilih, oleh dirinya, oleh rakyat, gitu. Sehingga tidak menemukan relevansinya," ucap Emil, sapaan akrabnya, saat ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kamis (2/5/2019).

Karena itu, Emil menilai para remaja yang terlibat dalam aksi tersebut hanya sebatas ikut-ikutan tanpa mengetahui latar belakang dan sejarah pergerakan tersebut.

"Saya kira di era digital seperti ini yang namanya informasi itu kan seliweran dengan susah untuk difilter. Gerakan mereka ini kan sebenarnya meniru lah apa yang ada di internasional yang relevansiya tidak ada," tuturnya.

Baca Juga : Jarang Terekspose Pasca Cerai dengan Ahok, Veronica Tan Kepergok Sibuk Jualan Daging

Ia juga berharap insiden ini menjadi pembelajaran untuk semua pihak.

Terlebih bagi para orangtua bisa memberikan edukasi lebih soal cara menyampaikan pendapat.

"Kan di hari pendidikan ini ada relevansinya ya bahwa pendidikan itu ada tiga zona. Zona keluarga, zona sekolah dan zona masyarakat. Jadi (kasus ini) penekanan kepada zona pendidikan di keluarga harus dilakukan khususnya terhadap anak, pelajar yang feeling saya sih hanya ikut-ikutan saja," pungkasnya.

Baca Juga : Cabuli Sapi dan Belasan Hewan Peliharaan, 3 Pria Paruh Baya Dijatuhi Hukuman Penjara

Melansir dari Tribun Jabar, kelompok berpakaian serba hitam yang sempat dihalau polisi pada peringatan May Day umumnya mengaku hanya mengikuti ajakan untuk memperingati hari buruh.

"Saya lihat di media sosial, ada ajakan untuk memperingati hari buruh di Gedung Sate."

"Berkumpul di Taman Cikapayang," ujar Andri Septiana (18), pemuda asal Ciroyom saat diinterogasi polisi di halaman Mapolrestabes Bandung.

"Ajakan di media sosialnya mengenakan dress code warna hitam, saya enggak tahu maksudnya apa. Tapi ajakannya memang untuk memperingati May Day," imbuhnya.

Baca Juga : Gibran Rakabuming Ikut Riding Pecinta Vespa Pake Sandal Jepit, Kelakuan Anak Presiden Jadi Sorotan

Selain itu, menurut data sementara yang berhasil dihimpun, tercatat ada 619 orang yang diamankan.

Dengan rincian 605 pria dan 14 wanita, dari jumlah tersebut ada 293 orang diantaranya berusia di bawah umur.

Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, kelompok ini mengatasnamakan Anarko.(*)