Find Us On Social Media :

Patung Diktator Komunis di China Roboh Tertiup Angin Kencang, Pejabat Setempat yang Diganjar Hukuman

Patung Bapak Pendiri China Mao Zedong yang roboh setelah dilaporkan tertiup angin dan menyebar di media sosial

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Paung adalah sebuah karya yang mereprentasikan sebuah peristiwa, bisa sebagai pengingat maupun sebagai penghargaan.

Maka dari itu, sebuah patung pasti mempunyai sebuah nilai histori tersendiri.

Tak jarang sebuah patung yang notabene adalah benda mati sangat dihormati oleh orang-orang tertentu yang menganggap bahwa ada suatu nilai didalamnya.

Baca Juga: Heboh Tiket Pesawat Domestik Rute Bandung-Medan Tembus Harga Rp 21 Juta, Kemenhub Angkat Bicara

Salah satu negara yang sangat memperlakukan sebuah pastung dengan sangat hati-hati dan menghormatinya adalah China.

Hal itu tampak pada kabar yang belakangan ini diberitakan.

Melansir dari SCMP (29/5/2019), sebuah patung Mao Zedong tiba tiba roboh dengan wajah menghadap semak belukar.

Baca Juga: Nasib Pemudik Kereta Api Anjlok, Terlantar Hingga Rela Tidur di Lorong Gerbong

Mao Zedong adalah salah seorang tokoh terkenal dari China yang merupakan Bapak Pendiri Republik Rakyat China.

Diduga patung tersebut roboh karena adanya tiupan angin.

Namun walaupun patung itu roboh bukan karena ulah manusia, Pemerintah Fuping County Provinsi Hebei meliris pernyataan bahwa yang harus bertanggung jawab atas robohnya patung tersebut adalah ketua partai di desa Huashan, tempat patung Mao berdiri.

Pasca peristiwa itu terjadi, Sepasang pejabat Partai Komunis di desa Huashan mendapat peringatan keras dari Pemerintah Fuping County Provinsi Hebei.

Baca Juga: Ketika Luhut Binsar Tanya Tujuan Prabowo Pergi ke Dubai : Kenapa Kau ke Luar Negeri? Pasti Banyak Kantongkan, Kau Ini Tahulah Aku

Walaupun mereka tak bersalah, mereka tetap mendapat hukuman setelah membiarkan patung Mao Zedong roboh dengan wajah menghadap semak belukar.

Aksi disiplin itu muncul setelah beredarnya foto patung Mao Zedong di media sosial yang roboh karena tertiup angin kencang.

Hal itu membuat marah sejumlah pengagum Mao Zedong.

Baca Juga: Kuasa Hukum Kivlan Zen Sebut Salah Satu Dalang Kerusuhan 22 Mei Justru Sopir Kliennya

Mengingat desa Huashan adalah destinasi wisata popoler yang dulunya merupakan tempat Mao Zedong menghabiskan waktunya sekitar tahun 1948.

Pemerintah lokal pada Minggu (26/5/2019) menjelaskan bahwa patung tersebut berdiri sejak tahun 2017.

Patung itu sempat diturunkan dari alasnya di awal Mei ini setelah retakan muncul di bagian plastik serta warnanya dilaporkan juga mulai memudar.

Dalam keterangan resmi, pemerintah setempat mengungkapkan mereka sudah menyandarkannya di dinding pada 3 Mei 2019.

Baca Juga: Pengakuan Orang-Orang Dekat Tajudin Alias TJ, Mantan TNI AL Tersangka Esekutor 4 Tokoh Negara pada Kerusuhan 22 Mei

Namun, angin kencang merobohkannya beberapa hari kemudian.

Patung itu pun sekarang sedang dikirim ke pabrik untuk perbaikan.

Meski demikian, foto yang sudah tersebar membuat pejabat tersebut harus menanggung hukumannya.

Baca Juga: Usai Viral Video Mesum Siswi SMP dan YouTuber Terkenal di Banyuwangi, Kini Terduga Pemeran Pria Beri Klarifikasi

Pejabat yang tak disebutkan identitasnya itu dihukum karena "kurangnya pemahaman ideologi" terkait dengan penurunan patung pemimpin yang wafat pada September 1976 itu.

Selain itu, pejabat partai komunis tersebut dianggap tidak melindungi patung serta melalaikan tugas harian yang sudah diberikan.

Demikian pernyataan dari pemerintah setempat.

Selain hukuman individu, komite partai kota juga memerintahkan seluruh kadernya guna melakukan perenungan diri.

Baca Juga: Bersama 3 Adiknya Hanya Bisa Menangis Saat Sang Ibu Diciduk Polisi, Putra Sulung Vivi, Wanita Komplotan Pembunuh Bayaran Beri Pengakuan Mengejutkan

Patung Pemimpin Mao dulunya lazim dijumpai di seluruh China terutama pada akhir 1960-an, di mana saat itu tengah terjadi Revolusi Kebudayaan.

Meski banyak patung itu diturunkan setelah kematiannya ketika pemerintah melakukan reformasi, beberapa masih bisa dijumpai di alun-alun kota maupun universitas.(*)