Find Us On Social Media :

Tewaskan Gubernur Sumatera Utara, Misteri Kecelakaan Pesawat Mandala Air RI91 14 Tahun Lalu Berhasil Dibongkar, Bukan Karena Angkut Durian, Tapi Ini Penyebabnya

Kecelakaan pesawat Mandala Airlines PK-RIM penerbangan RI91 di Medan, 5 September 2005

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega

Gridhot.IDPesawat Mandala Air dengan nomor penerbangan RI91 jatuh dan terbakar pada 5 September 2005 lalu.

Dikutip dari laman dw.com, pesawat tujuan Jakarta tersebut jatuh sesaat setelah lepas landas pada pukul 09.40 WIB dari Bandara Polonia Medan.

Pesawat jenis Boeing 737-200 itu jatuh persis di tengah jalan Jamin Ginting, kawasan pemukiman Padang Bulan.

Baca Juga: Gelap Mata Habisi Nyawa Suami dan Anak Tiri Setelah 9 Tahun Hidup Bersama, Aulia Kesuma Ngaku Kenal Edi Chandra dari Aplikasi Kencan Hingga Hatinya Luluh Karena Bujukan M Adi Pradana

Diketahui, pesawat tersebut mengangkut 117 orang yang terdiri dari 112 penumpang dan lima awak.

Kecelakaan pada 14 tahun silam itu merenggut korban sebanyak 95 penumpang, lima awak pesawat, dan 49 orang di darat.

Sedangkan, 18 penumpang dilaporkan selamat.

Baca Juga: Perjuangkan Keadilan Bagi Provinsi Maluku untuk Pengelolaan Hasil SDA, Gubernur Maluku: Hanya Tinggal Paraf Saja, Ada Apa dengan Susi?

Salah satu korban tewas dalam kecelakaan pesawat Mandala Air adalah Gubernur Sumatera Utara (Sumut) kala itu, Tengku Rizal Nurdin.

Selain Tengku Rizal, dua anggota Dewan Perwakilan Daerah Sumut, Abdul Halim Harahap dan Raja Inal Siregar yang juga mantan Gubernur Sumatera Utara masuk dalam daftar penumpang yang tewas.

Melansir dari Kompas.com, isu yang menyeruak setelah kecelakaan itu adalah, pesawat terlampau berat karena mengangkut kargo durian.

Baca Juga: Berbanding Terbalik dengan Nikita Mirzani yang Tak Gentar Perjuangkan Anak, Sajad Ukra Justru Asyik Liburan ke Los Angeles dengan Istri Baru Bak Tak Ada Beban

Setelah pesawat Boeing 737-200 registrasi PK-RIM tujuan Medan-Jakarta itu melaju di runway, roda pesawat sempat meninggalkan aspal runway sejenak.

Pesawat kemudian stall (kehilangan daya angkat) jatuh kembali ke landasan dan terus melaju hingga keluar ujung landasan (overrun), menabrak belasan rumah di sepanjang jalur ujung luar runway.

Memang benar ditemukan kargo durian di puing reruntuhan PK-RIM, namun hasil akhir penyelidikan KNKT menyebut, kargo dan CG (center of gravity) pesawat, tidak turut andil sebagai faktor yang berkontribusi kepada gagal takeoff-nya Mandala RI91.

Baca Juga: Kedua Kalinya Diperiksa KPK Terkait Kasus E-KTP, Putri Setya Novanto Ternyata Memiliki Gaya Hidup Glamor Bak Sosialita, Intip Potretnya

Menurut KNKT, penyebab utama dari kecelakaan RI91 adalah flaps dan slats pesawat yang tidak menjulur keluar, dan kru (pilot dan kopilot) tidak mengetahuinya akibat kerusakan teknis yang juga tidak disadari oleh kru pesawat.

Flaps adalah sirip tambahan di sayap pesawat. Sementara slats berada di pinggiran depan sayap.

Jika Anda duduk di kursi dekat jendela, perhatikan setelah pesawat didorong mundur dan mesin menyala, pinggiran sayap sebelah belakang akan menjulur sedikit.

Baca Juga: Buntut Ucapan Kata-kata Rasis di Depan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Tak Hanya Danramil Tambaksari, 4 Oknum Anggota TNI Juga Diskors dan Diseret ke Pengadilan Militer

Itulah flaps pesawat. Sementara pinggiran ujung depan sayap juga akan terlihat maju. Itulah komponen slats.

Flaps dan slats dibutuhkan untuk takeoff dan landing. Fungsinya? Menambah luas penampang sayap pesawat, dan menambah daya angkat dengan mengubah alur udara yang melewati di sekelilingnya.

Besaran flaps yang dipasang bisa berbeda-beda. Saat takeoff, hanya sedikit komponen flaps yang akan menjulur.

Baca Juga: Berpendidikan Tinggi, KV Gelap Mata Bantu Ibunya Bunuh Ayah dan Saudara Tiri, Dendam Kesumat pada M Adi Pradana Karena Merasa Terusir dari Rumah Jadi Pemicunya

Sementara saat landing, semakin banyak atau panjang komponen flaps yang dijulurkan.

Karena kru Mandala PK-RIM penerbangan RI91 tidak memasang flaps sebelum takeoff, maka pesawat kesulitan untuk mengudara.

Bisa saja pesawat takeoff tanpa flaps, namun butuh takeoff roll distance yang lebih panjang, sehingga butuh runway yang panjang pula.

Baca Juga: Sempat Dicekoki Miras oleh Saudara Tiri Sebelum Tewas dan Mayatnya Dibakar, M Adi Pradana Ternyata Pernah Duduk di Bangku SMA Bareng Al Ghazali

Nah, karena butuh runway yang panjang untuk takeoff karena tanpa flaps, sementara panjang runway bandara Polonia tidak mencukupi untuk konfigurasi seperti itu, terjadilah overrun.

Laporan akhir lengkap hasil investigasi KNKT tentang kecelakaan Mandala Airlines penerbangan RI91 di Polonia, Medan bisa diunduh di website resmi KNKT di tautan berikut ini.

Stigma durian

Baca Juga: Tak Sudi Akui Keberadaan Ibu dan Saudara Tiri, M Adi Pradana Sempat Kirim Pesan pada Sang Kekasih Sebelum Dibunuh: Aku Hidup Cuman Bertiga, Kamu, Ayahku Sama Aku

Stigma durian sebagai penyebab kecelakaan Mandala RI91 di Medan nampaknya masih erat melekat di benak masyarakat.

Buktinya, pada November 2018 lalu, muncul postingan Facebook seorang penumpang pesawat Sriwijaya Air yang menjadi viral.

Berawal dari komplain soal bau durian yang menyengat di kabin pesawat.

Baca Juga: Sempat Dicekoki Miras oleh Saudara Tiri Sebelum Tewas dan Mayatnya Dibakar, M Adi Pradana Ternyata Pernah Duduk di Bangku SMA Bareng Al Ghazali

Usut punya usut, bau tersebut berasal dari beberapa karung durian yang dimasukkan ke dalam kargo perut pesawat.

Bau durian yang bagi sebagian orang terasa tidak enak dan membuat tidak nyaman, memicu komplain ke awak pesawat.

Dalam isi komplain yang dituliskan kembali lewat Facebook itu, dikatakan bahwa pesawat Mandala gagal takeoff di Medan (merujuk pada peristiwa RI91), akibat kargo durian.

Baca Juga: Buntut Kerusuhan Bumi Cendrawasih, Akses Internet di Papua dan Papua Barat Sementara Diblokir Kominfo, Pimpinan OPM Goliath Tabuni: Indonesia Sudah Kehilangan Akal Sehat

"Mas...ini bau durennya parah bgt, 1 jam lho kita nyium bau beginian nanti di atas. Trus km tau gak kecelakaan peswat mandala yg gagal take off di Medan???" demikian komplain tersebut.

Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air, Retri Maya sudah menjelaskan bahwa mengangkut durian dalam penerbangan merupakan hal yang biasa dilakukan oleh setiap maskapai, sejauh dikemas dengan baik dan masuk ke dalam kargo sesuai dengan SOP.

Soal jumlah berat durian yang mencapai tiga ton itu juga misleading.

Baca Juga: Rusuh Manokwari Diduga Akibat Terprovokasi Unggahan Media Sosial, Siber Bareskrim Polri Bakal Usut Akun Penyebar Konten Provokatif Kerusuhan Papua

Durian yang diangkut bukan seberat tiga ton, melainkan jumlah total kargo yang diangkut pesawat adalah 3 ton, termasuk sejumlah karung durian yang bikin heboh itu.

Mungkin jika postingan Facebook komplain penumpang Sriwijaya Air itu tidak viral, stigma durian dan kecelakaan Mandala RI91 di Medan yang ternyata masih melekat di benak masyarakat itu tidak akan diketahui.

Kini, setelah tahu bahwa durian bukan penyebab jatuhnya Mandala RI91 di Medan, edukasi teman atau saudara Anda agar stigma ini bisa terhapus di benak masyarakat.

(*)