Find Us On Social Media :

Perkuat Kavaleri TNI, Kendaraan Tempur Ini Miliki Efek kejut Mematikan untuk Dobrak Kekuatan Lawan, Sudah Ada Sejak Perang Dunia Jadi Salah Satu Alutsista Matara Darat Tersukses

M113 APC

Gridhot.ID - Salah satu pelajaran penting yang telah menjadi kajian klasik perihal doktrin maupun taktik pertempuran, adalah blitzkrieg alias serangan kilat.

Taktik yang dipopulerkan dan menjadi trademark pasukan tank Jerman kala Perang Dunia II itu hingga kini masih menjadi benchmark bagi pengembangan kekuatan mekanis kavaleri maupun infanteri.

Meski Jerman keok dalam PD II, keberhasilan blitzkrieg di fase awal perang memang tak pernah kehilangan daya tarik untuk dikaji.

Baca Juga: Kejam dan Mata Duitan, Sebelum Ditetapkan Jadi Tersangka Otak Pembunuhan PN Medan Jamaluddin, Zuraida Hanum Pernah Ambil Uang Duka dan Tagih Pensiunan Suaminya

Salah satu poinnya adalah betapa pentingnya faktor kecepatan dan daya gempur bagi satuan tank disertai dukungan infanteri yang memiliki mobilitas setara satuan tank, guna memberi efek kejut yang mematikan dalam fase pendobrakan kekuatan lawan.

Menarik diingat, sebuah alutsista buatan Jerman yang pada masanya dianggap sebagai sebuah terobosan berani yaitu halft rack.

Sesuai namanya, kendaraan pengangkut pasukan tersebut memiliki dua jenis penggerak berbeda yaitu roda rantai (track) di belakang dan roda ban (wheel) di bagian depan.

Baca Juga: Jadi Sahabat Akrab Hingga Turut Rasakan Perkembangan Pesat TVRI Dibawah Pimpinan Helmy Yahya, Apni Jaya Putra Kaget Adanya Putusan Pemecatan Dirut Secara Mendadak: Aku Bangga Jadi Timmu, Percaya Kau Tak Sendiri!

Hasil akhir dari upaya Jerman “mengawinkan” keunggulan dua jenis penggerak itu sebenarnya tidak bisa dianggap terlalu sukses.

Namun pelajaran yang dipetik dari penggelaran halft rack semasa PD II justru melahirkan sebuah alutsista baru dengan dua pendekatan berbeda (ditinjau dari penggeraknya) yaitu ranpur pengangkut pasukan atau APC (armored personnel carrier).

Berangkat dari konsep halft rack sebagai kendaraan pengangkut pasukan yang mendampingi gerak maju satuan pendobrak, APC terlahir dengan level proteksi dan kemampuan rambah medan yang jauh lebih baik berkat roda penggeraknya yang spesifik.

APC dengan roda ban biasa (wheeled) mampu digeber dengan kecepatan tinggi di jalan raya namun tetap memiliki kemampuan rambah medan berat di medan off -road hingga taraf tertentu.

Baca Juga: Viral, Awal Januari 2020 Arab Saudi Mendadak Berselimut Salju Tebal, Tak Lagi Panas Terik, Suhu Udara Capai 4 Derajat Celsius, BMKG Beri Penjelasan

Sementara APC beroda rantai (tracked) meski kecepatannya di jalan raya tidaklah setinggi wheeled APC namun memiliki kemampuan melibas medan off -road lebih baik.

Masing-masing tipe APC (berbeda roda penggerak) tersebut memiliki penggemar masing-masing.

Seseungguhnya tak ada yang paling unggul di antara keduanya, masing-masing memiliki keunggulan spesifi k untuk medan yang spesifi k pula.

Baca Juga: Bermesin Motor dan Berbodi Barang Rongsokan, Pria Lulusan SD di Panirang Ini Berhasil Terbangkan Pesawat Buatannya: Saya Cuma Modal Youtuban

Jika berbicara APC, tak lengkap jika tak menyinggung M113. Bentuknya tidak istimewa, jauh dari kata memukau, apalagi futuristis.

Dimensinya bahkan terbilang mungil jika dibandingkan dengan alutsista matra darat sejenis yang lahir di era sekarang.

Teknologi yang melekat pun tak sebegitu hebatnya, bahkan sepintas terkesan simpel (kendati simplisitasnya itu memiliki efek strategis yang akan dikupas di pembahasan pada halaman-halaman berikut).

Namun siapa saja yang mengaku pemerhati teknologi kemiliteran akan mengakui kalau APC buatan AS ini merupakan salah satu alutsista matra darat tersukses.

Baca Juga: Statusnya Cuma Teman Wanita Bukan Istri Sah, Terbongkar Tugas Khusus Fanni Aminadia Sebagai Permaisuri, Ini yang Harus Dijalankannya Sebagai Pendamping Raja Keraton Agung Sejagat

Bukan hanya angka produksinya yang fantastis untuk ukuran era modern, lantaran pengaruhnya yang luas baik secara teknis langsung (direct technical infl uence) maupun inspirasi desain yang secara sadar atau tidak telah mengilhami banyak desainer dan enjinir lainnya.

Angka produksi M113 yang luar biasa itu bukan hanya disokong oleh AS yang memesannya dalam kuantitas besar.

Peminat dan pembeli M113 di luar AS pun jumlahnya bejibun sehingga puluhan ribu M113 yang telah diproduksi menjadi bukti nyata kesuksesan APC ini.

Baca Juga: Jadi Sahabat Akrab Hingga Turut Rasakan Perkembangan Pesat TVRI Dibawah Pimpinan Helmy Yahya, Apni Jaya Putra Kaget Adanya Putusan Pemecatan Dirut Secara Mendadak: Aku Bangga Jadi Timmu, Percaya Kau Tak Sendiri!

Meski kini di negeri kelahirannya M113 telah digantikan perannya di garis depan oleh alutsista lain, namun bukan berarti M113 sudah purna bakti.

Varian lain yang memikul peran sebagai ranpur pendukung tetap dioperasikan dalam jumlah besar oleh Negeri Paman Sam sembari menanti generasi pengganti yang digadang mulai diproduksi dalam tiga empat tahun ke depan.

Itu pun dengan catatan kondisi perekonomian dan alokasi anggaran pertahanan AS membaik.

Jika tidak, bisa jadi M113 akan masih harus bertugas di usia senjanya. Sementara itu di banyak negara lainnya M113 masih saja diberi kepercayaan, dengan terakhir memperkuat unit kavaleri TNI AD.

Baca Juga: Bakul Angkringan yang Tinggal di Rumah Kontrakan, Ini Fakta Kehidupan Totok Santosa, Raja Keraton Agung Sejagat

Kesuksesannya inilah yang mendorong Military Channel (sekarang American Heroes Channel) menggelarinya “the most signifi cant infantry vehicle in history”.

Di luar kekurangannya, bagamanapun juga harus diakui kalau M113 telah sukses memberi warna tersendiri bagi sejarah alutsista matra darat modern.(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari-online.com dengan judul "Dijuluki 'Kendaraan Infanteri Paling Signifikan Dalam Sejarah Perang', Kendaraan Tempur Legendaris Ini Terpinggirkan di Negeri Asalnya Tapi Masih Sangat Diandalkan TNI AD"