Namun, usai memutar dan agak menukik, pesawat Belanda justru meninggalkan "The Outlaw". John masuk ke kabin kemudian berlutut.
Ia berdoa, mengucap syukur atas kemurahan dan kasih Tuhan, "The Outlaw" menjadi berwibawa di hadapan juru tembak pesawat yang memutuskan pergi.
Belakangan, diketahui pesawat Belanda itu pergi karena menipisnya bahan bakar. Misi pertama John pun sukses.
Ia bersama 22 awak kapalnya membongkar muatan senjata dan amunisi dan diserahkan ke Bupati Usman Effendi serta komandan pejuang setempat, Abu Salam.
Pada Agustus 1949, "The Outlaw" menjalani perbaikan total dengan naik galangan atau docking di Penang.
Selesai perbaikan, "The Outlaw" kembali ke Phuket menjemput awak kapal. John dan rombongan berlayar kembali ke Aceh.
Saat kapal memasuki Delta Tamiang, kapal Belanda menghadang. Dengan membabibuta, kapal penjajah menembakkan meriam ke badan "The Outlaw".
Suasana sangat mencekam. Peluru mendesing-desing. Ledakan terjadi di jarak 3 meter tempat John Lie berlindung. Dalam kondisi mencekam itu, "The Outlaw" sama sekali tidak berdaya.
Namun, keajaiban datang, kapal Belanda mengalami kandas di karang sehingga tidak bisa bergerak lagi. "The Outlaw" melarikan diri bersembunyi di Delta Tamiang.