Gridhot.ID - Sebagai orang nomor satu di Indonesia, Presiden Jokowi dikenal sederhana dan dekat dengan rakyat.
Hal tersebut terlihat dari seringnya Jokowi melakukan kunjungan kerja alias blusukan untuk bertemu warga di berbagai daerah.
Hal itu sebagai salah satu cara mengetahui permasalahan di masyarakat dan mendengar secara langsung aspirasi masyarakat.
Namun ternyata ada satu tempat atau wilayah yang kabarnya tak boleh didatangi oleh Presiden Indonesia termasuk Jokowi.
Bahkan dikabarkan ada wacana mengenai pembangunan bandara di wilayah tersebut pun ditolak.
Mitos yang bereda memang santer menyebutkan bahwa pemimpin suatu negara yang datang ke wilayah tersebut maka kedudukannya akan turun atau lengser.
Hal yang dikeramatkan tersebut dikabarkan berawal pada masa kerajaan Jayabaya namun masih tetap eksis sampai sekarang.
Oleh hal itulah dikabarkan bahwa sekretaris kabinet Indonesia Maju, Pramono Anung mewanti-wanti Presiden Jokowi untuk tidak nekat sambangi kota tersebut.
Kota itu adalah Kediri, provinsi Jawa Timur.
Kota yang dijuluki sebagai Kota Santri ini disebut-sebut oleh Pramono jangan disambangi presiden.

:quality(100)/photo/2020/02/25/2575542106.jpg)
Sejumlah kendaraan melintas di salah satu ruas jalan utama yang menjadi batas Kota dan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, akhir Januari 2020.
Dalam sebuah kesempatan, Pramono mengutarakan alasannya untuk menghimbau Presiden Jokowi tidak datang ke Kediri.
Melansir dari Kompas TV, Bahkan pernyataan Pramono tersebut sempat menjadi perbincangan di media sosial.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kediri KH Kafabihi Mahrus angkat bicara menanggapi mitos presiden yang berkunjung ke Kediri akan lengser dari jabatannya.
Menurutnya, anggapan bahwa pejabat yang datang ke Kediri, Jawa Timur, bakal lengser hanya sebatas mitos.
"Semua itu Allah yang menghendaki. Kalau Allah tidak menghendaki tidak akan terjadi," ungkap KH Kafabihi Mahrus kepada awak media, Senin (17/2/2020) dikutip dari Tribunnews.com.
Ia mengakui bahwa di Jawa banyak sekali mitos-mitos yang berkembang.
Namun sebenarnya, masalah mitos itu juga ada penangkalnya berupa doa dan bertawakal serta bertakwa kepada Allah.
"Memang benar ada. Tapi ada penangkalnya dengan berdoa," tambahnya.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Pramono sewaktu meresmikan Rusunawa Ponpes Lirboyo mengaku pernah menyarankan kepada Presiden untuk tidak datang ke Kediri.
"Saya termasuk yang menyarankan Bapak Presiden tidak ke Kediri. Saya masih ingat, ini mau percaya atau tidak, Gus Dur pulang dari Lirboyo tidak begitu lama gonjang ganjing di Jakarta," jelasnya.
Namun, kalau yang berkunjung Wakil Presiden sejauh ini tidak ada masalah.
"Tapi kalau perlu ke Setono Gedhong ke Mbah Wasil beliau akan berkenan," jelasnya.
Seskab Pramono Anung di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (17/2/2020)
Melansir dari Harian Kompas, yang mengutip dari pernyataan Budayawan Kediri, Imam Mubarok, mitos tersebut berkembang sejak zaman Raja Kartikeyasinga (suami Ratu Shima), penguasa kerajaan Kalingga (Selatan).
Pada abad ke 6 Masehi tersebut ada sebuah aturan yang dibuat mengenai pemimpin yang baik dan pemimpin yang tidak baik.
"Aturan itu terdapat dalam Kalingga Dharmasastra yang terdiri atas 119 pasal," ujarnya.
Aturan yang dibuat Kartikeyasinga itu kemudian menjadi rujukan peraturan lain yang muncul kemudian, seperti Purwadigama Dharmasastra di era Singhasari yang terdiri atas 174 pasal, hingga Kitab Undang-Undang Majapahit, Kutara Manawa Dharmasastra, yang memiliki 272 pasal.
Dari situlah, menurut Barok, mitos ini kemudian berkembang kuat.
Karena itu, sebagian besar raja dan presiden tidak pernah datang ke Kediri lantaran khawatir bakal jatuh.
Barok menyebut Soekarno (Bung Karno) pernah ke Kediri tahun 1948-1950.
Saat itu Bung Karno berkunjung ke rumah Komandan Brigade Sikatan Letnan Kolonel Surahmat di barat Sungai Brantas.
Sementara Gus Dur pernah berkunjung ke Kediri tahun 1999 saat Muktamar Ke-30 Nahdlatul Ulama di Lirboyo.
Baik Bung Karno maupun Gus Dur kemudian lengser akibat faktor politik meski tidak secara langsung terjadi saat itu.
Dengan dihadiri oleh Presiden Soekarno, Sidang Kabinet RIS, yang pertama telah dilangsungkan pada tanggal 5 Januari 1950, di gedung bekas Raad van Indie, di Pedjambon, Jakarta. Presiden Soekarno dengan para Menteri Kabinet Pertama RIS, dimuka Gedung Dewan Menteri (bekas Raad van Indie) di Pedjambon. Pada gambar tidak terlihat Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang tidak hadir karena sakit.
Dari penelusuran Sosok.ID, Bung Karno turun takhta pada 12 Maret 1967 oleh Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Posisi Bung Karno kemudian digantikan oleh Soeharto, sedangkan Gus Dur lengser oleh Sidang Istimewa MPR 23 Juli 2001.
Adapun presiden lain yang pernah ke Kediri, menurut Barok, adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
SBY datang ke Kediri tahun 2007 dan 2014 seusai erupsi Gunung Kelud.
Namun, kedatangan SBY kala itu tidak melalui Kota Kediri, tetapi melipir atau mencari jalan pinggir ke sisi timur (Kabupaten Kediri).
Artikel ini telah tayang Sosok.ID dengan judul: "Masih Percaya Takhayul, Sekretaris Kabinet Larang Presiden Jokowi Kunjungan Kerja ke Kediri Agar Tak Lengser, Dari Bung Karno Hingga SBY, Ini Penjelasannya!"
(*)