Find Us On Social Media :

Di Depan Mata Kepalanya Sendiri, Bupati Beli Saksikan Detik-detik Kematian Pasien Demam Berdarah di NTT, Willy Lay: Pas Saya Datang, Dia Putus Napas, Sedih Sekali

Ilustrasi rumah sakit

Gridhot.ID - Selain virus corona, penyakit demam berdarah dengue (DBD) juga menjadi keprihatinan.

Sejak Januari hingga 11 Maret 2020, terdapat 17.820 kasus penularan DBD di seluruh Indonesia.

Bupati Belu, Willy Lay pun menceritakan kepedihan hatinya ketika melihat warganya di Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia di depan mata karena DBD.

Baca Juga: Kasus Positif Corona di Indonesia Jadi 69, WHO Surati Presiden Jokowi, Minta RI Umumkan Darurat Nasional Covid-19 Demi Tahan Laju Penyebaran Virus

Peristiwa itu, kata Willy, terjadi pada Kamis (12/3/2020) di RSUD Atambua.

Saat itu Willy tengah menjenguk dan memantau kondisi warganya yang terserang DBD.

Tibalah Willy di ruangan perawatan seorang pasien bernama Maria.

Baca Juga: Indonesia Lagi Geger Virus Corona, Panglima Kostrad Minta Tak Panik Soal Covid-19, Letjen Besar Harto Karyawan: Tak Perlu Mendramatisir, Namanya Bencana Ya Kita Hadapi dengan Tegar

Tak disangka, saat Willy datang, Maria menghembuskan napas terakhirnya di hadapan mata bupati tersebut.

"Pas saya datang, dia putus napas. Kita sedih sekali," kata Willy dengan raut wajah berduka.

Kepergian Maria menambah deretan jumlah korban meninggal dunia akibat DBD.

Baca Juga: Pakai Cara Tak Lazim Atasi Virus Corona, Kim Jong Un Ancam Tembak Mati Warga China yang Berkeliaran di Korea Utara, Tak Peduli Positif Covid-19 atau Tidak

Maria menjadi pasien ke-5 yang meninggal akibat penyakit tersebut di daerahnya.

Takut ke rumah sakit, tak punya BPJS

Takut ke rumah sakit, tak punya BPJS Menyaksikan sendiri kematian warganya membuat Willy segera bergerak.

Ia mengeluarkan surat edaran pada sleuruh kepala desa, lurah, camat dan instansi lainnya.

Baca Juga: Tebar Maut Sampai Ujung Dunia, China Jutsru Diam-diam Lakukan Hal Ini pada Mayat Korban Virus Corona, Jurnalis Media Jerman Kini Bongkar Alasan di Baliknya

Surat edaran berisi perintah membawa warga yang menderita demam ke puskesmas atau rumah sakit tanpa dipungut biaya.

"Semua pasien yang datang berobat tidak usah bayar. Gratis dulu, supaya mereka tidak takut datang. Ada BPJS atau pun tidak, tetap harus ditangani," ungkapnya.

Hal itu dilakukan setelah ia menemukan benang merah penyebab banyaknya korban DBD.

Baca Juga: Tebar Maut Sampai Ujung Dunia, China Jutsru Diam-diam Lakukan Hal Ini pada Mayat Korban Virus Corona, Jurnalis Media Jerman Kini Bongkar Alasan di Baliknya

"Saya sudah cek langsung, ternyata masyarakat takut datang ke rumah sakit karena tidak punya BPJS," ungkap Willy.

Akibatnya, para penderita DBD baru dilarikan ke rumah sakit saat kondisinya kritis hingga nyawa tak bisa diselamatkan.

KLB

Willy menjelaskan, kasus DBD di Belu sebenarnya sudah bisa ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Baca Juga: Robek Masker dan Ludahi Wajah Perawat, Pasien Virus Corona Berteriak Histeris: Kalian Semua Akan Mati Bersamaku Juga

Namun penetapan belum diberlakukan lantaran pemerintah daerah masih berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan NTT.

"Saya lebih senang KLB sehingga penanganannya lebih cepat dan terkendali dan bisa meminta bantuan pemerintah pusat," katanya.

Mengacu data, terdapat 355 orang warganya dirawat sejak Januari hingga Maret 2020. Lima orang dinyatakan meninggal dunia.

Korban meninggal dunia rata-rata berusia di bawah 10 tahun atau masih anak-anak.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: "Bupate Belu: Pas Saya Datang, Dia Putus Napas, Sedih Sekali.."

(*)