"Rasanya seperti kita menyeberang di tengah medan perang," ucapnya.
Kota-kota Milan dan Bergamo telah sangat hancur. Bergamo sendiri sudah memiliki hampir 3.800 kasus yang dikonfirmasi.
"Saya belum pernah melihat begitu banyak orang mati di depan mata saya," katanya lebih lanjut.
Akibar lonjakan pasien, stok peralatan dan perlengkapan medis di beberapa rumah sakit di Italia pun mulai menipis.
Hingga pejabat setempat harus mengubah beberapa bangsal rumah sakit menjadi unit perawatan intensif darurat.
"Kami benar-benar di mata topan," terang Lorenzo D’Antiga, direktur departemen pediatrik di Rumah Sakit PaBaca Juga: Nasib Brigjen Merdisyam di Ujung Tanduk, Kebohongannya Tentang Asal Muasal 49 TKA China Timbulkan Keresahan Masyarakat Terhadap Virus Corona, IPW Rekomendasikan Kapolda Sultra untuk Dipecat
Seperti diketahui, pada awal Maret lalu, lonjakan kasus virus corona harus membuat pemerintah Italia mengambil langkah yang tegas untuk menekan angka persebarannya.
Pada 8 Maret, Perdana Menteri Giuseppe Conte memberlakukan lockdown di wilayah Lombardy, Italia, yang secara efektif mengkarantina sekitar 16 juta orang.
Kebijakan ini dikeluarkan lebih dari sebulan setelah kebijakan serupa diberlakukan di China sebagai tempat virus itu pertama kali muncul.
Dari laporan terakhir, jalan-jalan yang biasanya ramai di kota-kota seperti Milan dan Venesia sepi tanpa orang.